Makalah Anatomi Bunga
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bunga
adalah bagian tanaman yang mengandung struktur alat perkembang biakan
generatif. Pada umumnya bunga memiliki 4 organ utama yaitu kelopak (sepal),
mahkota (petal), benang sari (stamen sebagi kelamin jantan, dan putik
(pistilum) sebagai kelamin betina. Adapun bagian benang sari tersebut terdiri
dari tangkai sari (Filamen) sedangkat putik terdiri dari tangkai putik (stilus)
dan bakal buah (ovary). Menurut pendapat Stace (1980) bunga merupakan struktur
pembuahan pada tumbuhan berbunga yaitu pada Magnoliophyta. Bunga mengandung
organ-organ yang berfungsi dalam menghasilkan biji melalu pembiakan untuk
tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi.
Menurut Sumardi (1992) bunga merupakan alat
reproduksi Angiospermae, dibentuk oleh meristem ujung khusus yang berkembang
dari ujung pucuk vegetatif setelah dirangsang oleh faktor internal dan
eksternal untuk keperluan tersebut. Bunga yang mempunyai kelopak, mahkota,
stamen dan putik disebut bunga lengkap. Namun kebanyakan bunga mempunyai
struktur yang tidak lengkap misalnya tidak mempunyai salah satu alat kelamin
atau keduanya. Bila hanya mempunyai alat kelamin jantan saja disebut bunga
jantan dan sebaliknya bila hanya mempunyai alat kelamin betina saja disebut
bunga betina.
Allah juga telah menjelaskan adanya bunga dalam suatu tumbuhan yang terdapat dalam firmanNya QS Ar-Rahman: 10-13 sebagai berikut:
Artinya: “Dan Allah telah meratakan bumi untuk
makhlukNya. Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak
mayang. Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. Maka
Nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”(QS. Ar-Rahman: 10-13).
Berdasarkan
ayat tersebut telah jelas adanya penciptaan bunga yang memiliki beberapa ciri
khusus salah satunya adalah memiliki bau yang harum. Dari adanya bunga tersebut
nantinya akan digunakan sebagai alat perkembang biakan generatif dan akan
menghasilkan biji sebagaimana yang telah disebutkan dalam QS Ar-Rahman di atas.
Dengan demikian semua proses yang terjadi pada perkembang biakan suatu tumbuhan
erat kaitannya dengan keberadaan bunga.
1.2 Rumusan Masalah
Makalah
ini akan membahas beberapa hal diantaranya:
1. Apa
yang dimaksud dengan bunga?
2. Bagaimana
struktur anatomi bunga?
3. Bagaimana
perkembangan bunga?
4. Bagaimana
jaringan pembuluh pada bunga?
1.3 Tujuan
Pembahasan
dalam makalah ini memiliki tujuan diantaranya untuk:
1. Memahami pengertian bunga
2
Memahami
struktur anatomi bunga
3
Memahami
perkembangan bunga
4
Memahami
jaringan pembuluh pada bunga
4.1
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengetian Bunga
Bunga merupakan alat
reproduksi Angiospermae, dibentuk oleh meristem ujung khusus yang berkembang
dari ujung pucuk vegetatif setelah dirangsang oleh faktor internal dan
eksternal untuk keperluan itu. Bunga yang mempunyai kelopak, mahkota, stamen
dan putik disebut bunga lengkap. Namun kebanyakan bunga mempunyai struktur yang
tidak lengkap misalnya tidak mempunyai salah satu alat kelamin atau keduanya.
Bila hanya mempunyai alat kelamin jantan saja disebut bunga jantan dan
sebaliknya bila hanya mempunyai alat kelamin betina saja disebut bunga betina
(Sumardi, 1996).
Bunga sangat beragam bentuknya meskipun demikian,
persamaan yang pokok di antara bunga bermacam tumbuhan itu lebih besar
dibandingkan dengan kelainannya, karena semua bunga mempunyai kerangka struktur
dasar yang sama. Menurut botaniawan, bunga adalah sepotong batang atau cabang
dengan sekumpulan daun yang mengalami metamorfosis yang berhubungan dengan
fungsinya untuk bereproduksi. Dikatakan mengalami perubahan bentuk karena di
antara daun-daun ini ada yang mungkin menyerupai daun biasa, tetapi yang lain
berbeda sekali dalam strukturnya sehingga sukar dinamakan daun (Tjitrasam, 1983).
2.2
Struktur Bunga
Bunga
terdiri dari sejumlah bagian steril dan bagian reproduktif atau fertile yang
melekat pada sumbu, yakni dasar bunga atau reseptakulum.
Bagian sumbu yang merupakan ruas batang yang diakhiri oleh bunga dinamakan tangkai
bunga atau pedisel . Bagian steril dari bunga terdiri atas sejumlah helai daun
kelopak atau sepal dan sejumlah helai daun
mahkota atau petal. Keseluruhan sepal dalam bunga
disebut kaliks, dan keseluruhan petal dalam bunga disebut corolla.
Kaliks dan corolla bersama-sama disebut perhiasan bunga atau periant. Jika periant tidak terbagi menjadi
kaliks dan corolla, maka tiap helainnya disebut tepal. Bagian reproduksi reproduktif adalah benang sari atau stamen (mikrosporofil) dan daun
buah atau karpel (megasporofil).
Keseluruhan stamen disebut andresium dan keseluruhan karpel
disebut ginesium (Hidayat, 1995).
Susunan
daun bunga pada reseptakulum bisa
mengikuti spiral atau tersusun karangan dan keduannya bisa ditemukan pada bunga
yang sama. Bila daun bunga tersusun dalam karangan, maka daun bunga dari
karangan yang satu letaknya bergantian dengan daun karangan sebelum dan
sesudahnya. Daun bunga dapat saling berlekatan atau bebas. Bila perlekatan
terjadi pada jenis daun bunga yang sama, peristiwanya disebut kohesi.
Jika perlekatan terjadi antara dua karangan berbeda disebut adnasi.
Stmen terdiri dari tangkai sari atau filamen dan bagian distal terdapat kepala sari atau antera. Pada antera
biasanya terdapat dua bagian, masing-masing bercuping dua. Kedua bagian antera bersambungan
di tengah dengan penghubung kelapa sari atau konektivum, setiap bagian
mengandung dua buah kantung sari atau kantong polen yang berisi butir tepung
sari atau butir polen (Hidayat, 1995).
Karpel
atau kumpulan karpel yang bersatu menjadi ginesium biasanya terdiri dari tiga
bagian, yakni bakal buah dan bakal biji atau ovulum,tangkai putik atau stilus
serta kepala kepala putik atau stigma yang strukturnya memudahkan
polinasi. Bakal biji melekat pada bagian dinding bakal buah yang disebut plasenta
(Hidayat, 1995).
Karpel
apabila berada di bagian paling
tinggi atau sumbu bunga, maka
bakal buah yang terjadi dikatakan menumpang atau superus dan bunganya
disebut hipogin. Kadang-kadang perhiasan bunga dan stamen terletak di tepi
reseptakulum yang berbentuk cekungan atau bakal buah ada di tengahnya. Bunga
seperti itu disebut perigin atau
bakal buahnya disebut separuh inferus
atau separuh tenggelam. Cekungan
reseptakulum dapat menutup sehingga letak bakal biji jelas lebih rendah
daripada bagian bunga lainnya. Bunga seperti itu dinamakan epigen atau bakal buahnya
tenggelam atau inferus (Hidayat, 1995).
Bagian-bagian
bunga sempurna adalah kepala putik (stigma), tangkai putik, tangkai sari
(filament, bagian dari benang sari), sumbu bunga, artikulasi, tangkai bunga,
kelenjar nectar, benang sari (stamen), bakal buah (ovum), bakal biji (ovulum),
serbuk sari, kepala sari, perhiasan bunga (periantum), mahkota bunga (corolla),
dan kelopak bunga (calyx) (Sumardi 1996).
2.2.1
Putik
Putik merupakan bagian
bunga yang terletak paling dalam dan merupakan alat kelamin betina. Putik
tersusun atas daun-daun penyusun putik disebut daun buah (carpelum) dan
daun-daun buah sebagai keseluruhan yang menyusun putik-putik dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu (Greenway, 1997):
·
Putik tunggal yaitu
putik yang tersusun atas satu helai daun.
·
Putik majemuk
yaitu putik yang tersusun atas 2 helai atau lebih daun buah.
Putik memiliki berberapa bagian yang menyusunnya
adalah sebagai berikut:
a.
Bakal Buah
(Ovulum)
Merupakan
bagian putik yang membesar dan melekat pada dasar bunga serta biasannya
terdapat di tengah-tengah dasar bunga. Dalam bakal buah, terdapat calon biji
(ovulum) yang tersusun khas (Greenway, 1997):. Bakal buah dibedakan antara
dinding bakal buah dan ruang bakal buah. Pada bakal buah beruang banyak
terdapat sekat pemisah . Bakal biji atau ovulum terdapat pada daerah ruang
bakal buah dalam (adaksial) yang disebut
plasenta. Setiap karpel memiliki dua
plasenta. Pada karpel, plasenta ditemukan di dekat tepi atau tidak jauh
darinya, sehingga dibedakan plasenta
marginal (tepi) dan plasenta
laminar (agak jauh dari tepi). Plasenta parietal terjadi
pada ginaesium yang perlekatan karpelnya terjadi secara marginal dan hanya ada
satu ruang ginaesium. Pada ginesium yang karpelnya berlipat, bakal buahnya
beruang dua atau banyak dan plasentanya aksiler. Oleh karena pada umumnya
sehelai karpel memiliki 3 berkas pembuluh yang juga tampak setelah terjadi
pelipatan kala pembentukan ginesiu , maka berkaas median (tengah, dorsal) dan
dua berkas pembuluh lateral (ventra) dapat diikuti (Hidayat, 1995).
b.
Tangkai kepala
putik
Merupakan
bagian putik yang terbentuk benang dan merupakan lanjutan. Pada umumnya semua
daun buah penyusun putik tangkai hanya membentuk satu tangkai kepala putik dan
ada pula yang tidak memiliki. Jika bercabang, tiap ujung cabang tangkai kepala
putik yang bercabang terdapat lebih banyak putik daripada tangkai kepala putik
(Greenway, 1997).
Tangkai
putik merupakan bagian karpel yang memanjang ke atas, kearah distal. Pada
ginasium sinkarp, tangkai putik berasal dari semua karpel, yang dapat bersatu
atau tetap berpisah. Stilus berongga atau padat. Pada kebanyakan Angiospermae,
stilusnya padat dan jaringan di tengah terspesialisasi menjadi jarinan
transmisi yang msok zat hara bagi tabung sari yang tumbuh melaluinya. Ujung
distal tangkai putik termodifiksi sehingga menghasilkan lingkungan yang baik
bagi perkecambahan butir sari (Greenway, 1997).
c.
Kepala putik
(stigma)
Merupakan
bagian putik paling atas paling atas yang ada apada ujung tangkai kepala putik
atau ujung cabang tangkai kepala putik. Bagian ini berguna untuk menangkap
serbuk sari kepala putik mempunyai peranan penting dalam penyerbukan. Jika
kepala putik siap diserbuki maka biasanya akam berperekat dengan demikian
serbuk sari jika menempel tidak akan terlepas lagi (Greenway, 1997).
Stigma
yang siap menerima serbuk sari dapat menhasilkan secret dalam jumlah besar dan
disebut stigma basah yang tidak atau kurang menghailkan pada stigma kering.
Butir sari berkecambah dan menghasilkan tabung sari yang kemudian tumbuh
melalui tepi rongga tangkai sari yang dilapisi sel sekresi atau pada stilus
bersifat parenkim dan ditembus oleh berkas pengangkut (Hidayat, 1995).
2.2.2
Stamen
(Benang sari)
Stamen
terdiri atas filament (tangkai sari) dan antena (kepala sari) di bagian
distalnya. Antena terdiri atas 2 ruangan (lokus) yang berisi serbuk sari dan
filamen mempunyai kutikula dan pada spesies tertentu mempunyai trikoma.
Filament terdiri atas parenkm dengan vakuola yang berkembangbiak dan ruang
antar sel (Fahn, 1991).
a.
Tangkai sari
Tangkai
sari tersusun oleh jaringan dasar yaitu sel-sel parenkimatis yang mempunyai
vakuola tanpa ruang antar sel-sel ini sering mengandung pigmen, epidermis,
dengan trikoma . kepala sari mempunyai struktur yang sangat kompleks terdiri
atas dinding yang berlapis-lapis terdapat lobules ruang sari yang berisi
butir-butir sari (Sumardi, 1996).
b.
Serbuk Sari
Serbuk atau
butir sari berupa tubuh yang bersimetri radial atau bilateral pada dindingnya
terdapat bagian yang kurang kuat yang disebut aperatur. Ada yang bulat da nada
yang memanjang (kolpi). Dinding butir sari terdiri dari dua lapisan utama yaitu
yang lunak di bagian dalam dan eksin yang keras di bagian luar. Eksin terbagi
lagi menjadi bagian yang tidak berlekuk di sebelah dalam yakni neksidon bagian
yang menunjukkan pola lekukan khas disebelah luar yakni seksin (Hidayat, 1995).
2.3
Perkembangan Bunga
Tumbuhan yang telah mencapai stadium perkembangan
reproduksinya, maka beberapa atau semua meristem apeks pucuk pada ranting
berhenti menghasilkan daun dan mulai membentuk bagian bunga menurut urutan yang
khas bagi spesies yang bersangkutan. Berbeda dengan pembentukan daun, yang
meristem apeksnya melebar kembali selama satu plastokorn, pada bunga, luar
meristem apeks lambat laun berkurang sewaktu bagian bunga dibentuk secara
berurutan. Di kebanyakan bunga, urutan pembentukan daun bunga berlangsung dari
luar ke dalam secara karopetal. Namun, ada beberapa taksa yang menunjukkan
bahwa beberapa bagian bunga dibentuk dalam arah terbalik, seperti pada stamen
beberapa kelompok Palmae. Peristiwa ini sangat khas bagi spesies yang
bersangkutan. Dari pengamatan struktur dewasa, sering sulit menentukan apakah
pembentukan stamen itu sentripetal atau sentrifugal. Pada ginaesium sinkarp,
karpel dapat menyatu kongential sehingga ginaesium dibentuk sebagai struktur
tunggal, atau dibentuk secara terpisah (Hidayat, 1995).
Perkembangan bunga juga meliputi mikrosporogenesis
dan megasporogenesis. Pada antera yang sedang berkembang, mikrosporangium
terdiri dari sel sporongen yang ada di dalam rongga kantung polen dan sejumlah
lapisan khusus di sebelah luarnya. Jaringa sporogen juga berasal dari sel parietal
primer yang ditemukan pada awal pembentukan antera. Sel sporogen masih dapat
bermitosis menghasilkan lebih banyak sel sporogen atau langsung menjadi sel
induk mikrospora. Meiosis terjadi dalam sel induk mikrospora, menghasilkan
tetrad yang terdiri dari 4 sel mikrospora yang haploid. Pada stadium ini
mikrospora biasanya berpisah, meskipun pada beberapa familia tetap bertahan
sebagai tetrad. Sebelum lepasnya polen dari antera, mikrospora mengalami
mitosis menghasilkan sel vegetatif dan sel generatif. Kadang-kadang, sel
generatif membelah, menghasilkan 2 gamet jantan (Hidayat, 1995).
Sebagaimana dalam mikrosporrogenesis, sel sporogen
primer dapat langsung atau melalui beberapa kali mitosis menjadi sel induk
megaspore. Sel itu mengalami meiosis yang terdiri dari 2 kali pembelahan
berturut-turut menghasilkan 4 megaspora. Pada mayoritas Angiospermae 1
megaspora menghasilkan kantung embrio dengan mitosis lebih lanjut, sementara 3
megaspora lainnya berdegenerasi (Hidayat, 1995).
2.4
Jaringan Pembuluh
Kebanyakan bunga, berkas pembuluh yang menuju setiap
organ berdivergensi dari silinder pembuluh sentral, di taraf yang berbeda-beda
dalam bunga. Jumlah berkas pembuluh sepal dan petal amat beragam dalam berbagai
bunga, tetapi berkas itu dapat bercabang dikotom seperti pada daun. Pada stamen
biasanya hanya ada satu berkas pembuluh, namun beberapa familia memiliki
kekhasan jalan daun, yakni berjumlah 3-4 berkas perstamen, seperti pada
Araceae. Sistem pembuluh pada karpel terbagi menjadi berkas ventral yang
berdivergensi ke bakal biji, dan berkas karprl dorsal yang masuk ke dalam
stilus. Jumlah berkas pembuluh dalam stilus pada ginaesium sinkarp sering
merupakan indikator jumlah karpel, meskipun kadang-kadang berkas itu bercabang
atau bersatu (Hidayat, 1995).
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini
adalah:
1.
Bunga
merupakan alat reproduksi Angiospermae, dibentuk oleh meristem ujung khusus
yang berkembang dari ujung pucuk vegetatif setelah dirangsang oleh faktor
internal dan eksternal untuk keperluan itu.
2.
Bagian anatomi bunga yaitu:
·
Putik, yang tersusun atas: kepala putik (stigma) dan
tangkai putik.
·
Stamen, tersusun atas: tangkai sari (filament, bagian
dari benang sari), sumbu bunga, artikulasi, tangkai bunga, kelenjar nectar,
benang sari (stamen), bakal buah (ovum), bakal biji (ovulum), serbuk sari, dan
kepala sari.
·
Perhiasan bunga (periantum), yang terdiri dari: mahkota
bunga (corolla), dan kelopak bunga (calyx)
3.
Bunga berkembang dari sebagian
atau semua meristem apek pada pucuk. Beberapa bunga menunjukkan adanya
perkembangan dari luar ke dalam atau sebaliknya. Perkembangan bunga juga
mengikuti nikrosporogenesis dan makrosporogenesis.
4.
Kebanyakan bunga,
berkas pembuluh yang menuju setiap organ berdivergensi dari silinder pembuluh
sentral, di taraf yang berbeda-beda dalam bunga.
DAFTAR PUSTAKA
Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga.
Yogyakarta: UGM Press
Greenway, T. 1997. Pohon (terjemahan Hadi Sumarso, 2002). Jakarta: Erlangga
Hidayat, B Estiti.
1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji.
Bandung: ITB
Stace, CA. 1980.
Taksonomi Tumbuhan dan Biosistematik. Bogor: IPB Press
Sumardi, Iserep. 1996. Struktur
dan Perkembangan Tumbuhan. Bandung: ITB
Tjitrasam, 1983. Botani umum I. Angkasa:
Bandung.