LAPORAN PRAKTIKUM
EKOFISIOLOGI TUMBUHAN

PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN KACANG TANAH(Arachis hypogaea)


Dosen Pengampu:
Dr. Evika Sandi Savitri, M. P
Bayu Agung Prahardika, M.Si


Disusun Oleh:
Nama : I
NIM   : 1





JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2016



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Biji merupakan salah satu alat perkembang biakan bagi tumbuhan (secara generatif).  Pembiakan dengan biji banyak dilakukan oleh para petani terutama untuk jenis komoditas pertanian, karena sebagian besar pertanian konvensional mengusahakan tanaman yang menghasilkan biji(Kuswanto, 1996).  Sebelum berkembang menjadi dewasa, biji terlebih dahulu  melalui fase perkecambahan.  Perkecambahan merupakan awal dari tumbuhan memasuki pertumbuhannya.  Perkecambahan dimulai dari perombakan/penggunaan cadangan makanan yang terdapat dalam biji tersebut untuk pembentukan awal organ-organ tumbuhan, yaitu dengan perombakan kotiledon pada biji tersebut. Perkecambahan biji terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji dalam kondisi baku suatu uji perkecambahan, atau petani biasa mentebutkan perkecambahan terjadi ketika bibit munul dari tanah.  Dalam memasuki fase perkecambahan biji banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor dari dalam biji tersebut juga factor luar seperti ; kelembaban, pH, cahaya, suhu, dan lain-lain(Lakitan, 1995)
Perkecambahan memiliki pH optimum yang berbeda-beda tergantung kepada jenis biji tanaman, setiap tanaman mempunyai kesesuaian pH yang berbeda-beda.  pH dapat menunjukan mudah tidaknya unsur hara diserap oleh tanaman, pada umumnya unsur hara mudah diserap pada pH netral, karena pada pH netral unsur hara mudah larut dalam air.  Dengan pH yang optimum proses perkecambahan biji dapat berlangsung lebih cepat(Sasmitamihardja & Siregar, 1998).
Keberlangsungkan pertumbuhan, selain membutuhkan cahaya dan air, tumbuhan juga membutuhkan faktor lain, salah satunya pH tanah atau media tempat tanaman itu tumbuh. Sebagai mahkluk hidup, kita perlu belajar untuk mengetahui peranan pH terhadap perkembangan tumbuhan. Apabila konsentrasi H+ dalam tanah lebih banyak dari OH, maka suasana tanah menjadi asam. Sebaliknya, apabila konsentrasi OH lebih banyak daripada konsentrasi H+, maka suasana tanah menjadi basa. pH tanah sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman. pH tanah yang optimal bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman makanan ternak adalah antara 5,6 – 6,0. Pada tanah pH lebih rendah dari 5,6 pada umumnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur hara penting seperti fosfor dan nitrogen. Oleh karenanya dalam praktikum ini akan dilaksanakan pengujian pengaruh perkecambahan dan pertumbuhan kacang tanah (Arachis hypogaea) terhadap perlakuan pH.
1.2.Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahi pengaruh derajat keasaman (pH) terhadap perkecambahan dan pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea).




BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat
Laporan praktikum ekofisiologi tumbuhan dengan topik “Pengaruh Derajat Keasaman (pH) Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah(Arachis hypogaea)” dilakukan pada hari Rabu, 9 – 23 November 2016. Bertempat di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
2.2. Alat dan Bahan
2.2.1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1.              
Pipet
6 Buah
2.              
Botol Jam
6 Buah
3.              
Penggaris
1 Buah
4.              
Gelas ukur
6 Buah
5.              
Erlenmeyer 250 mL
6 Buah
2.2.2. Bahan
Bahan-Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1.     
Benih Kacang Tanah(Arachis Hypogaea)
180 butir
2.     
Kertas Merang/ Kertas Buram
15 Lembar
3.     
Aquades
500 mL
4.     
Larutan H2SO4 (10%, 20%, 30%, 40%, 50%)
@ 250 mL
5.     
Larutan NaOH (20%, 40%, 60%, 80%, 100%)
@250 mL
2.3. Langkah Kerja
Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah:
A.    H2SO4
1.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.      Dipotong kertas merang(buram) sesuai ukuran alas botol jam sebanyak 6 bulatan.
3.      Dimasukkan kertas yang telah dipotong bulat kedalam 3 botol jam masing-masing 2 lembar. (untuk tiap perlakuan)
4.      Dibasahi kertas dengan menggunakan 25 mL aquades (kontrol).
5.      Dimasukkan 5 butir benih kacang tanah (Arachis hypogaea) ke dalam masing-masing botol jam.
6.      Ditutup botol jam dengan pastik dan diikat dengan karet.
7.      Dilakukan langkah 2-6 untuk masing-masing konsentrasi H2SO4 (perlakuan).
8.      Diinkubasi pada suhu ruang selama 1-2 minggu.
9.      Bila dinilai kertas telah kering maka disiram dengan menggunakan perlakuannya.
10.  Diamati panjang akar, panjang hipokotil, jumlah daun, prosentase perkecambahan dan berat basah kecambah.
B.     NaOH
1.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.      Dipotong kertas merang(buram) sesuai ukuran alas botol jam sebanyak 6 bulatan.
3.      Dimasukkan kertas yang telah dipotong bulat kedalam 3 botol jam masing-masing 2 lembar. (untuk tiap perlakuan)
4.      Dibasahi kertas dengan menggunakan 25 mL aquades (kontrol).
5.      Dimasukkan 5 butir benih kacang tanah (Arachis hypogaea) ke dalam masing-masing botol jam.
6.      Ditutup botol jam dengan pastik dan diikat dengan karet.
7.      Dilakukan langkah 2-6 untuk masing-masing konsentrasi NaOH (perlakuan).
8.      Diinkubasi pada suhu ruang selama 1-2 minggu.
9.      Bila dinilai kertas telah kering maka disiram dengan menggunakan perlakuannya.
10.  Diamati panjang akar, panjang hipokotil, jumlah daun, prosentase perkecambahan dan berat basah kecambah.



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Data Pengamatan
3.1.1. NaOH
Tabel 1. Panjang Akar Kecambah
No
Konsentrasi
ulangan
Panjang akar kecambah ke- (cm)
Jumlah
Rata-Rata
1
2
3
4
5
1
0%
1
3.5
3
6
0
0
12.5
2.5
2
3.5
0
0
0
0
3.5
0.7
3
0
0
0
0
0
0
0
2
20%
1
1
1
1
0.5
0
3.5
0.7
2
2
0.5
0.5
0
0
3
0.6
3
0.5
0.5
0.5
0
0
1.5
0.3
3
40%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
4
60%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
5
80%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
6
100%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
Tabel 2. Panjang Hipokotil Kecambah
No
Konsentrasi
ulangan
Panjang hipokotil kecambah ke- (cm)
Jumlah
Rata-Rata
1
2
3
4
5
1
0%
1
8
6
7
0
0
21
4.2
2
4
0
0
0
0
4
0.8
3
0
0
0
0
0
0
0
2
20%
1
4
5
3.5
3
0
15.5
3.1
2
5
4
4.5
0
0
13.5
2.7
3
3
2
3
0
0
8
1.6
3
40%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
2.5
0
0
0
2.5
0.5
3
0
0
0
0
0
0
0
4
60%
1
2
1.5
0
0
0
3.5
0.7
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
5
80%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
6
100%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
Tabel 3. Jumlah Daun Kecambah
No
Konsentrasi
ulangan
Jumlah daun yang berkecambah
Jumlah
Rata-Rata
1
2
3
4
5
1
0%
1
11
8
7
0
0
26
5.2
2
11
0
0
0
0
11
2.2
3
0
0
0
0
0
0
0
2
20%
1
6
0
2
2
0
10
2
2
2
0
2
0
0
4
0.8
3
0
2
2
0
0
4
0.8
3
40%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
4
60%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
5
80%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
6
100%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
Tabel 4. Prosentase Kecambah
No
Konsentrasi
ulangan
Biji yang berkecambah
Jumlah
Rata-Rata
% BD
(%)
1
2
3
4
5
1
0%
1
-
-
3
0.6
60
2
-
-
-
-
1
0.2
20
3
-
-
-
-
-
0
0
0
2
20%
1
-
4
0.8
80
2
-
-
3
0.6
60
3
-
-
3
0.6
60
3
40%
1
-
-
-
-
-
0
0
0
2
-
-
-
-
1
0.2
20
3
-
-
-
-
-
0
0
0
4
60%
1
-
-
-
2
0.4
40
2
-
-
-
-
-
0
0
0
3
-
-
-
-
-
0
0
0
5
80%
1
-
-
-
-
-
0
0
0
2
-
-
-
-
-
0
0
0
3
-
-
-
-
-
0
0
0
6
100%
1
-
-
-
-
-
0
0
0
2
-
-
-
-
-
0
0
0
3
-
-
-
-
-
0
0
0
Keterangan : √    :  Berkecambah
-          : Tidak Berkecambah



Tabel 5. Berat basah kecambah
No
Konsentrasi
Ulangan
Berat basah kecambah ke-(gr)
Jumlah
(gr)
Rata-Rata
1
2
3
4
5
1
0%
1
1.2
1.35
1,9
1,5
0.18
6.13
1.22
2
0.6
0.69
0.52
0.71
1.38
3.90
0.78
3
0.3
0.65
0.5
0.5
0.9
2.90
0.58
2
20%
1
1.11
1.15
2.09
1.35
0.5
6.20
1.24
2
2.1
1.9
1.6
1.3
0.75
6.65
1.33
3
1.2
1.1
2.1
1.1
0.6
6.10
1.22
3
40%
1
1
1
1
1
1
5.00
1
2
0.7
0.5
1.5
1.2
0.43
4.33
0.96
3
0.3
0.4
0.2
0.7
0.88
2.48
0.49
4
60%
1
0.6
0.4
0.5
1
0.54
3.04
0.6
2
0.7
0.8
0.5
0.5
0.59
3.09
0.61
3
0.3
0.5
0.7
0.9
0.64
3,04
0.6
5
80%
1
0.57
0.61
0.7
0.82
0.95
3.65
0.73
2
0.6
0.73
0.58
0.67
0.67
3.25
0.65
3
0.51
0.12
1.01
1.94
0.3
2.22
0.44
6
100%
1
0.3
0.9
0.42
0.28
0.9
2.83
0.46
2
0.21
0.32
0.25
1.8
0.5
2.65
0.53
3
0.15
0.9
0.83
1.05
0.15
3.08
0.61
3.1.2. H2SO4
Tabel 6. Panjang akar Kecambah
No
Konsentrasi
ulangan
Panjang akar kecambah ke- (cm)
Jumlah
Rata-Rata
1
2
3
4
5
1
0%
1
3
4.5
3.5
4
5
20
4
2
4
6
10
3
3
26
5.2
3
2
2
3
4
2
13
2.6
2
10%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
3
20%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
4
30%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
5
40%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
6
50%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0




Table 7. Panjang Hipootil kecambah
No
Konsentrasi
ulangan
Panjang Hipokotil kecambah ke- (cm)
Jumlah
Rata-Rata
1
2
3
4
5
1
0%
1
3
5
6
7
4
25
5
2
5
7
5
6
4
27
5.4
3
6
3
3
4
3
19
3.8
2
10%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
3
20%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
4
30%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
5
40%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
6
50%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
Tabel 8. Jumlah Daun Kecambah
No
Konsentrasi
ulangan
Panjang akar kecambah ke- (cm)
Jumlah
Rata-Rata
1
2
3
4
5
1
0%
1
2
5
4
6
8
25
5
2
4
3
2
2
2
13
2.6
3
0
2
3
1
1
7
1.4
2
10%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
3
20%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
4
30%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
5
40%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
6
50%
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0




Tabel 9. Tabel Prosentase Kecambah
No
Konsentrasi
Ulangan
Biji yang berkecambah
Jumlah
Rata-Rata
% BD
(%)
1
2
3
4
5
1
0%
1
5
1
100
2
5
1
100
3
-
4
0.8
80
2
10%
1
-
-
-
-
-
0
0
0
2
-
-
-
-
-
0
0
0
3
-
-
-
-
-
0
0
0
3
20%
1
-
-
-
-
-
0
0
0
2
-
-
-
-
-
0
0
0
3
-
-
-
-
-
0
0
0
4
30%
1
-
-
-
-
-
0
0
0
2
-
-
-
-
-
0
0
0
3
-
-
-
-
-
0
0
0
5
40%
1
-
-
-
-
-
0
0
0
2
-
-
-
-
-
0
0
0
3
-
-
-
-
-
0
0
0
6
50%
1
-
-
-
-
-
0
0
0
2
-
-
-
-
-
0
0
0
3
-
-
-
-
-
0
0
0
Tabel 10. Berat Basah Kecambah
No
Konsentrasi
ulangan
Panjang akar kecambah ke- (cm)
Jumlah
Rata-Rata
1
2
3
4
5
1
0%
1
1.40
1.93
1.59
1.64
1.60
8.16
1.63
2
2.02
1.31
1.59
1.06
0.83
6.81
1.36
3
1.27
1.04
1.06
1.33
0.92
5.62
1.12
2
10%
1
0.81
0.75
0.61
0.66
0.51
3.34
0.67
2
0.50
0.59
0.51
0.61
0.58
2.79
0.56
3
0.75
0.45
0.66
0.58
0.52
2.96
0.59
3
20%
1
0.68
0.47
0.59
0.40
0.44
2.58
0.52
2
0.80
0.74
0.57
0.46
0.45
3.02
0.60
3
0.60
0.57
0.73
0.54
0.60
3.04
0.60
4
30%
1
0.42
0.54
0.62
0.61
0.70
2.89
0.58
2
0.58
0.55
0.47
0.61
0.51
2.72
0.54
3
0.58
0.45
0.57
0.54
0.55
2.69
0.54
5
40%
1
0.43
0.58
0.54
0.64
0.58
2.82
0.56
2
0.55
0.73
0.74
0.62
0.53
3.17
0.63
3
0.59
0.56
0.46
0.43
0.52
2.56
0.51
6
50%
1
0.67
0.57
0.57
0.56
0.46
2.83
0.57
2
0.51
0.50
0.53
0.60
0.57
2.71
0.54
3
0.60
0.63
0.50
0.54
0.49
2.76
0.55
3.2. Pembahasan
Praktikum mengenai cekaman pH dengan topik “Pengaruh Derajat Keasaman(pH) Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Kacang Tanah(Arachis hypogaea)” menggunkana larutan NaOH sebagai wakil dari cekaman pH basa(tinggi), dan H2SO4 sebagai wakil dari pH rendah /asam. Masing-masing dengan prosentase yang berbeda. Menurut Makarim (2008) bahwa cekaman abiotik yang sering terjadi pada lahan sulfat masam, sebelum lahan tergenang untuk padi sawah atau palawija dan sayuran lainnya pada kondisi lahan kering. Kejadian kemasaman tanah sering bersamaan dengan keracunan Mn yang juga tersedia banyak pada lahan masam(pH rendah) atau sebelum terjadi keracunan Fe pada pH <4. Hasil dari pengamatan akan dibahas sebagai berikut:
3.2.1. NaOH
Hasil pengamatan pada cekaman basa(menggunakan NaOH) didapatkan hasil panjang akar pada kontrol rata-rata 1.6 cm; pada konsentrasi NaOH 20% panjang akar 0.5 cm; pada konsentrasi 40%, 60%, 80% dan 100% didapati akar tanaman tidak tumbuh. Hal ini dapat dikarenakan respon kecabah terhadap cekaman atau stres yang diberikan. Menurut Mathivanan (2014), dalam proses perkecambahan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nya. Secara garis besar terdapat faktor internal dan faktor eksternal. Modifikasi lingkungan perkecambahan dalam praktikum akan mempengaruhi faktor ekternal berupa pH media tumbuh. Sehingga bila pH tidak berada pada kondisi yang sesuai maka pertubuhan akan terhambat atau bahkan akan mati.
Kemudian panjang hypokotil kecambah yang dipaparkan dengan NaOH memperoleh hasil sebagai berikut: pada kontrol atau 0% rata-rata panjang hypokotilnya 2.5 cm; pada konsentrasi 20% panjang hipokotil rata-rata 2.4 cm; konsentrasi 40% rata-rata 0.5 cm; dan pada konsentrasi 60% rata-rata 0,7 cm; dan pada konsentrasi 80%, 100% tidak ada yang berkecambah atau hipokotil tidak tumbuh. Dapat diketahui bahwa batas toleransi terhadap perkecambahan benih kacang tanah sampai 60% masih dapat menumbuhkan panjang hipokotil. Menurut M. T. Iqbal (2012) pH yang terlalu ekstrim dapat menyebabkan aktifitas dalam biji terganggu sehngga proses perkecambahan dapat terganggu pula.
Jumlah daun pada kecambah yang di papar dengan NaOH dengan berbagai konsentrasi hasilnya sebagai berikut: 0% menghasilkan daun rata-rata 4 daun, pada konsentrasi 20% rata-rata 2 lembar daun; konsentrasi 40%, 60%, 80% dan 100% tidak menghasilkan daun. Menurut Widyasari (2013) daun merupakan salah satu organ yang digunakan sebagai pengasil nutrisi atau sebagai tempat fotosintesis. Sehingga pada praktikum ini penting untuk mengamati jumlah daun yang terbentuk, karena jumlah daun yang terbentuk dapat menunjukkan seberapa toleran tanman tersebut terhadap cekaman yang diberikan.
Indikator berikutnya yang diamati adalah prosentase perkecambahan(%DB), prosentase perkecambahan yang didapatkan pada perlakuan ini, pada konsentraso 0% mempunyai % DB 60% dan 20%. Kemudian pada konsentrasi 20% mempunyai %DB rata-rata 66.7%. dan pada konsentrasi 60% didapatkan rata-rata %DB 13,3%; dan pada konsentrasi 80 dan 100% biji tidak ada yang berkecambah atau dapat diambil kesimpulan bahwa kada NaOH sudah melebihi batas toleransi. Menurut Zu (2014) paparan stres yang diberikan akan dapat ditoleransi sampai batas tertentu. Dan bila sudah melebihi batas maka biji/ tumbuhan tidak dapat berkembang secara optimal atau bahkan akan mati.
Indikator terakhir adalah berat basah dari biji/ kecambah. Hasil yang diperoleh dari pengamatan rata-rata berat pada konsentrasi 0% adalah 0.86 gram; kemudian pada konsentrasi 20%, rata-rata berat basah nya 1.26 gram; pada konsentrasi 40% rata-rata berat basah bijinya 0.81 gram; kemudian pada konsentrasi 60% rata rata berat basah 0.6 gram dan pada konsentrasi NaOH 80% rata-rata berat basahnya 0.6 gram dan terakhir pada konsentrasi NaOH 100%, rata-rata berat basahnya 0.5 gram. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya dalam biji telah terjadi imbibisi dan proses metabolisme sudah terjadi manun karena pH yang terlalu tinggi maka metabolisme dalam biji terhamabat. Karena dalam metabolisme perkecambahan melibatkan enzim, dimana enzim sendiri kerjanya dipengaruhi oleh pH jadi kerja enzim terganggu saat pH terlalu ekstrim. Hat tersebut telah sesuai dengan pendapat Dwijoseputro (1980) pada saat proses perkecambahan biji diawali dengan proses imbibisi yang merangsang embrio untuk mensekresikan hormon giberelin dan hormon tersebut akan menginduksi keluarnya enzim alfa dan beta amilase yang akan memecah pati untuk digunkan sebagai prose perkecambahan.
3.2.2. H2SO4
Pengujian cekaman selanjutnya adalah pH asam, dalam pengujian ini digunakan H2SO4 dengan berbagai konsentrasi yaitu 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Menurut Mathivanan (2014)asam sulfat larut dalam segala perbandingan air, asam sulfat merupakan asam kuat yang bersifat sangat korosif, pengoksidasi kuat dan pengikat air yang kuat. Dengan indikator pengujian berupa panjang akar kecamabh, panjang hipokotil kecambah, jumlah daun, %DB dan yang terakhir adalah berat basah kecambah. Panjang akar kecambah yang didapatkan dalam pengamatan ini sebagai berikut pada konsentrasi H2SO4 0% didapatkan rata-rata panjang akar 3.9 cm; dan pada konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50% tidak ada yang menumbuhkan akar. Karena pH terlalu asam maka dari itu biji tdak mampu berkembang untuk membentuk akar.
Pengamatan berikutnya adalah panjang hipokotil kecambah. Didapatkan pada konsentrasi 0% rata-rata panjang hipokotil kecambah adalah 4.7 cm. Dan pada konsentrasi asam sulfat 10, 20, 30, 40, dan 50% buji kacang tanah tidak ada yang berkecambah. Pengamatan ketiga adalah jumlah daun pada kecambah kacang tanah, yaitu: pada konsentrasi 0% jumlah daun rata-rata 3 buah daun. Dan pada konsentrasi asam sulfat 10, 20, 30, 40, dan 50% daun tdak tumbuh. Prosentase daya berkecambah dari kacang tanah dengan konsentrasi asam sulfat 0% adalah 93.3%, dan pada konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50% didapati prosentase kecambah 0% artinya tidak ada yang tumbuh. Pada pengamatan berat basah kecambah pada konsentrasi asam sulfat 0% didapatkan rerata berat basah 1.37 gram, pada konssentrasi 10% retata berat basahnya adalah 0.6 gram; pada konsentrasi 20% rerata beratnya 0.55gram; pada konsentrasi 30% didapatkan rerata berat kecambah 0.55 gram; pada konsentrasi 40% didapatkan rerata berat kecambah 0.56 gram dan pada konsentrasi 50% didapatkan rerata berat kecambah 0.56 gram.
Dengan rerata berat kecambah yang berada dibawah 1 gram dapat diduga bahwasanya biji kurang mampu menyerap air dari lingkungan mengingat bahwa asam sulfat sangat mengikat air dengan kuat sehingga biji sulit untuk melakukan penyerapan air. Sebagaimaa menrut Salisbury (1995) kebuuhan utama biji saat akan melkukan perkecambahan adalah air. Kemudian batas toleransi terhadap asam sulfat sendiri sangat rendah dimana pada konsentrasi 10% ssaja biji tidak mampu melkukan perkecambahan.





BAB IV
KESIMPULAN

Berdaparkan hasil yang diperoleh, maka kesimpulan dari praktikum ini adalah kerkecambahan dan perkembangan kacang tanah dipengaruhi oleh pH tanah/media. Kemdian kacang tanah dapat berkecambah sampai kosentrasi NaOH 60%, dan pada H2SO4 tidak ada yang dapat berkecambah.

DAFTAR PUSTAKA

Dwijoseputro, D., 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Kuswanto, H., 1996. Dasar-dasar Teknologi Produksi dan Sertifikasi Benih. yogyakata: Penerbit Andi.
Lakitan, B., 1995. Fisiologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
M. T., I., 2012. Acid Tolerance Mechanisms in Soil Grown Plants. Malaysian Journal of Soil Science, 16(1), pp. 1-21.
Makarim, A. K., 2008. Cekaman Abiotik Utama dalam Peningkatan Produktivitas Tanaman. Bioteknologi, pp. 1-11.
Mathivanan, S., Chidambaram, A. L. A. & Sundaramoorthy, P., 2014. The Effect of Plant Growth Promoting Rhizobacteria on Groundnut Seed Germination and Biochemical Constituents. Current Research and Academy Reviewer, 2(9), pp. 187-194.
Salisbury, F. B., 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. bandung: ITB Press.
Sasmitamihardja, D. & Siregar, A., 1998. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB .
Widyasari, N. M., Kawuri, R. & Muksin, I. K., 2013. Pengaruh pH Media Pertumbuhan Terhadap Ketahanan dari Rhizobium sp. pada Tanah yang Bersifat Asam. Biologi, XVI(1).
Zu, C. et al., 2014. Asid Soil is Associated with Reduced Yield, Root Growth and Nutrient Uptake in Black Paper. Agricultural Sciences, 5(1), pp. 466-473.



Popular posts from this blog

Makalah Kelas Osteichthyes

Makalah Anatomi Bunga

Makalah Etnobotani Pemanfaatan Tanaman sebagai Sandang