Aplikasi Hormon Auksin pada Tumbuhan
Aplikasi hormon auksin pada tanaman
oleh: Ismi Anni Aslikhah, Putri Mardyana
Auksin adalah zat
hormone tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar, dan pembentukan bunga
yang berfungsi sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel
didaerah belakang meristem ujung. Auksin berperan penting dalam pertumbuhan
tumbuhan.fungsi dari hormone auksin ini adalah membantu dalam proses
mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang,
mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel, mempercepat
pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. Kerja hormone auksin ini
sinergis dengan hormone sitokinin dan hormone giberelin.
Cara kerja auksin
adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga memcu protein tertentu yang ada di
membrane plasma sel tubuhan untuk memompa ion H+ kedinding sel. Ion
H+ mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan
silag hydrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan
kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Auksin merupakan salah
satu hormone tanaman yang dapat meregulasi banyak proses fisiologi, seperti
pertumbuhan, pembelahan, dan diferensiasi sel serta sintesa protein.
Auksin diproduksi
dalam jaringan meristematik yang aktif(yait tunas, daun muda, dan buah). Kemudian
auksin menyebar luas dalam seluruh tubuh tanaman. Penyebarluasannya dengan arah
dari atas kebawah hingga titk tumbuh akar, melalui jaringan pembulu tapis.
Auksin atau dikenal dengan IAA(Asam indola Asetat), yaitu sebagai auksin utama
pada tanaman, dibiosintesis dari asam amino precursor triptopan, dengan hasil
perantara sejumlah subtansi yang secara alami mirip auksin, tetapi mempunyai
aktifitas lebih kecil dari IAA, seperti IAN(Indolaseto Nitril), TpyA(Asam Indol
Piruvat) dan IAAId(Idolasetatdehid). Proses biosintesis auksin dibantu oleh
enzim IAAoksidase. Selain memacu pemanjangan sel hormone auksin yang
dikombinasikan dengan giberelin dapat memacu pertumbuhan jaringan pembulu dan
mendorong pembelahan sel pada cambium pembulu sehingga mendukung pertumbuhan
diameter batang.
Zat pengatur
tumbuh(ZPT) dibuat agar tanaman memacu pembentukan fitohormon(hormone
tumbuhan). Dengan demikian fitohormon sebagi senyawa organic yang bekerja aktif
dalam jumlah sedikit, ditransformasikan keseluruh bagian tanaman sehingga dapat
mempengaruhi pertumbuhan atau proses-proses fisiologi tanaman. Sebagaimana
penelitian yang dilakukan oleh Nurlaeni(2015), dengan hasil sebagai berikut:

Gambar 1. Hasil pembentukan akar pada stek pucuk tanaman Camelia
japonica
Tabel 1. Nilai rata-rata±SE dari pengaruh zat pengatur
tumbuh terhadap pertumbuhan stek pucuk Camelia japonica

Secara umum table
tersebut di atas menunjukkan bahwa ZPT berpegaruh terhadap rata-rata perumbuhan
stek pucuk Camelia japonica. Pada parameter jumlah akar, pengguanaan ZPT
mampu menghasilkan jumlah akar yang lebih banyak dibandingkan dengan stek pucuk
yang tidak diberikan ZPT. Jumlah akar terbanyak ditunjukkan oleh perlakuan ZPT
organic 25% dan 100%, sedangkan jumlah akar yang paling kecil ditunjukkan oleh
perlakuan ZPT organic 5%. Lebih lanjut, pada parameter panjang akar terlihat
bahwa perlakuan ZPT organic 25% menghasilkan akar terpanjang, sedangkan ZPT
organic 5% menghasilkan akar terpendek.
Diameter batang
menunjukkan pemberian zat pengatur tumbuh menghasilkan ukurqan diameter batang
lebih besar disbanding dengan kontrolnya. Pemberian ZPT organic secara umum
menghasilkan ukuran diameter batang yang lebih besar dibandingkan dengan
pemberian zpt sintetik maupun control. Diameter batang terbesar dihasilkan oleh
perlakuan ZPT organic 5% yaitu sebesar 5,59 cm, pada perlakuan ZPT organic 100%
dihasilkan sebesar 5,55 cm dan pada perlakuan ZPT organil 25% dihasilkan batang
sebesar 5,16 cm, sedangkan diameter batang control hanya menghasilkan 2,90 cm.
Menurut Leopold
(1963), menjelaskan bahwa pengaruh pemberian suatu konsentrasi ZPT berbeda beda
untuk setuap jenis tanaman, bahkan berbeda pula antar varietas dalam suatu
spesies. Efektifitas ZPT pada tanaman dipengaruhi oleh konsentrasi yang
diberuikan, karena perbedaan konsentrasi akan menimbulkan perbedaan aktifitas.
Menurut Jamhari (2010) menyatakan bahwa aplikasi ZPT eksogen pada tanaman dapat
berfungsi memacu pembentukan fitohormon, sehingga dapat mendorong suatu
aktifitas biokimia. Bedasarkan hasil pengujian ini terlihat bahwa pemberian ZPT
berpengaruh terhadap pertumbuhan stek pucuk Camelia japonica.
Kemudian pada
penelitian yang dilakukan oleh Ningrum(2007), dengan judul Pengaruh Perasan Sargassum
crassifolium dengan konsentrasi yang
Berbeda Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai, dengan hasil sebgai berikut:
Tabel 2. Pengaruh pemberian perasan S.
crassifolium terhadap rata rata tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah
dan berat kering tanaman kedelai.

Dari table 2
diatas dapat diketahui bahwa pemberian perasan S. crassifolium berpengaruh
pada tinggi tanaman dan tidak berpengaruh terhadap jumlah daun, berat basah,
dan berat kering tanaman kedelai. Adanya perbedaan tinggi tanaman dimungkinkan
karena adanya respon tanaman yang berbeda terhadap pemberian perasan S. crassifolium.
Ross(1995) menyatakan S. crassifolium merupakan salah satu rumput
laut yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman dan unsur-unsur mineral yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan tanmanan. ZPT yang terdapat dalam rumput laut
diantaranya auksin, giberelin, dan sitokinin.
Selanjutnya
penelitian yang dilakukan oleh Purwanti(tanpa tahun), tentang Pengaruh Auksin
Terhadap pertumbuhan Bibit Cabutan Alam Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk).
Dengan hasil sebagai berikut:

Gambar 2. Rerata presentase hidup bibit cabutan alam
Hasil pengamatan
yang dilakukan pada bibit cabutan alam gaharu Aquilaria malaccensis Lamk
secara umum menunjukkan bahwa konsentrasi hormone auksin memberikan pengaruh
yang cukup baik untuk pertumbuhan bibit cabutan alam gaharu. Bibit cabutan yang
tumbuh sebesar 58.67% . dari beberapa konsentrasi yang digunakan, AA =
5gr/200ml memberikan jumlah presentase terbanyak dari konsentrasi lainnya yaitu
sebesar 80%. Perlakuan lama perendaman yang baik dari hasil penelitian ini
adalah lama perendaman 5 menit(B2). Bibit cabutan alam yang tumbuh pada
perlakuan perendaman selama 5 menit menghasilkan jumlah yang besar dibandingkan
yang lainnya yaitu 80%. Hal ini sesuai
dengan Surata(2008) menyatakan bahwa walaupun jenis tanaman dan cara pembudidayaan
yang digunakan pada kedua penelitian ini berbeda, ternyata lama perendaman yang
baik untuk mendukung pertumbuhan adalah 5 menit.

Gambar 3. Rerata kecepatan bertunas bibit cabutan alam
Hasil perhitungan
analisis keragaman menunjukkan bahwa konsentrasi hormone auksin memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap kecepatan bertunas cabutan alam gaharu.
Dari semua perlakuan konsentrasi hormone auksin, perlakuan yang memberikan
pengaruh yang baik untuk keceatan bertunas adalah konsentrasi A2(5gr/200ml),
yaitu dengan rerata kecepatan bertunas sebesar 15,87 hari. Rerata kecepatan
pada konsentrasi auksin A4(7gr/200ml) lebih kecil daripada konsentrasi auksin
A2, konsentrassi A4 tidak dianggap memberikan pengaruh yang baik terhadap
kecepatan bertunas bibit cabutan alam karena pada konsentrasi ini bibit cabutan
alam banyak yang mati.
Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan, perlakuan konsentrasi auksin dan lama perendaman
yang baik untuk pertumbuhan bibit cabutan alam gaharu adalah konsentrasi auksin
5 gr/200 ml (A2) dan lama perendaman selama 5 menit (B2).
Kesimpulan dari
beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa auksin berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman yaitu pertumbuhan akar dengan konsentrasi yang relative
rendah, karena pemakaian konsentrasi yang tinggi akan menghambat pemanjangan
akar(hidayat dan Rosita. 1999), batang dan kecepatan bertunas. Karena
konsentrasi auksin yang dibutuhkan pada setiap tanaman berbeda satu sama lain.