Contoh Proposal Penelitian

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Papaya(Carica Papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropis. Buah yang dikenal memiliki daging buah tebal, rasa manis, dan aroma yang nikmat memiliki berat buah ideal 1.5-2 kg, dengan harga yang ekonomis bias terjangkau semua kalangan, dapat ditemui di pasar tradisional juga di supermarket-supermarket besar. Buah papaya terbilang sukses dalam 10 tahun terakhir, mencuri perhatian pembudidaya di Indonesia, karena buah tersebut mampu menghasilkan tidak kurang dari 1 tahun dan minat pasar yang tinggi (Zian, 2016).
Buah papaya tergolong buah yang popular dan digemari hamper oleh seluruh penduduk bumi. Daging buah yang lunak dan berwarna merah atau kuning. Rasanya manis dan menyegarkan mengandung banyak air. Nilai gizi buah ini cukup tinggi karena mengandung banyak provitamin A dan vitamin C, juga mineral kalsium. Selain itu dengan mengkonsumsi buah ini dapat melancarkan buang air besar. Oleh karena tekstur yang lunak dan nilai gizi yang tinggi maka buah ini sangat baik diberikan untuk anak-anak dan orang berusia lanjut (kalie, 2008).
Peningkatan produksi papaya harus dimulai dengan penyediaan benih yang bermutu, terjangkau dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Papaya merupakan tanaman monokotil yang hanya dapat berkembang dengan biji, sehingga diperlukan benih yang bermutu guna menunjang produksi yang baik di lapangan. Mutu benih meliputu mutu genetic, fisiologis dan fisik. Disisi lain papaya memiliki masa dormansi hingga 12-15 hari. Hal ini disebabkan karena adanya aril dan senyawa fenologik dalam aril benih. Konsumsi oksigen cukup tinggi dalam senyawa felogenik pada kulit benih selama proses perkecambahan dapat membatasi suplai oksigen kedalam embrio, da dapat membentuk lapisan yang mengganggu permeabilitas benih, serta menghambat efektifitas masuknya zat-zat stimulasi perkecambahan sehingga benih menjadi dorman (Maryati & Suhartanto, 2005).
Sebagaimana firman Allah dalam surah qaf ayat 9, yang artinya: “Dan Kami turunkan air yang member berkah lalu Kami tumbuhkan dengan (air itu) pepohonan yang rindang dan biji-bijan yang dapat dipanen”. Kemudian dalam surah Al-Anam ayat 95, juga dijelaskan “sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dan mengeluarkan yang hidup dari yang mati. (yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?”.
Ayat tersebut disebutkan bahwa dengan air ditumbuhakn pepohonan dan biji-biji yang dapat dipanen. Dapat diartikan bahwa dalam dunia biologi air dibutuhkan untuk proses perkecambahan dan untuk mematahkan dormansi pada benih.
Dormansi meupakan suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami oganisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian dormansi meupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Dormansi merupakan sifat umum pada benih tanaman berkayu dan merupakan mekanisme untuk mempertahankan hidup dengan jalan menunda waktu perkecambahannya sampai kondisi alamnya menguntungkan untuk perkecambahan.
Beberapa metode pematahan dormansi yang diketahui, ada perlakuan dengan mekanis, kimia dan fisik. Cara mekanis salah satunya dengan stratifikasi  seperti mengkikir, menggosok kulit biji dengan amplas dan lain sebagainya. Metode kimia yang dilakukan dengn merendam benih dengan larutan asam kuat agar kulit benih menjadi lunak dan gampang dilalui air. Kemudia dengan cara fisik, yaitu dengan permainan suhu, intensitas cahaya dan juga perendaman dengan air (luqman, 20012).
Penggunaan air kelapa merupakan salah satu produk tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatka petumbuhan tanaman. Air kelapa yang sering dibuang oleh para pedagang dipasar tidak ada salahnya bila dimanfatkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air kelapa kayak an kalium, mineral diantaranya Kalsium(Ca), Natrium(Na), Magnesium(Mg), Ferum(Fe), Cuprum(Cu) dan Sulfur(S), gula dan protein. Disamping kaya mineral air kelapa juga terdapat dua hormone alami, yaiu auksin dan sitokinin yang berperan sebagai pendukung pembelahan sel (Tiwery, 2014). Pemanfaatan air kelapa sebagai agen pematah dormansi benih belum banyak diteliti, sehingga penelitianini penting untuk dilakukan.
B.     Rumusan Masalah
Penelitian ini mempuntai rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Adakah pengaruh lama perendaman air kelapa(Cocos nucifera) terhadap pematahan dormansi benih papaya(Carica papaya)?
2.      Berapakah waktu peendaman air kelapa(Cocos nucifera) yang efektif untuk mematahkan dormansi pada benih papaya(Carica papaya)?
3.      Berapakah konsentrasi air kelapa(Cocos nucifera) yang efektif untuk pematahan dormansi benih papaya(Carica papaya)?
C.    Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.      Mengetahui ada tidaknya pengaruh perendaman air kelapa(Cocos nucifera) terhadap pematahan dormansi benih papaya(Carica papaya).
2.      Mengetahui waktu perendaman air kelapa(Cocos nucifera) yang efektif untuk mematahkan dormansi benih papaya(Carica papaya).
3.      Mengetahui konsentrasi air kelapa(Cocos nucifera) yang efektif untuk pematahan dormansi benih papaya(Carica papaya).
D.    Manfaat dan Kegunaan
Manfaat dari penelitian ini ada dua bagian, yaitu manfaat teoritis dan aplikatif. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan. Sedangkan manfaat aplikatif, yaitu dapat memberikan trobosan metode pematahan dormansi benih papaya(Carica papaya) bagi pembudidaya papaya (Carica papaya).
E.     Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah ada pengaruh perendaman ai kelapa(Cocos nucifera) terhadap pematahan dormansi benih papaya(Carica papaya). Waktu perendaman yang efektif adalah semakin lama maka pematahan dormansi akan semakin cepat.




BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
A.    Pepaya(Carica papaya)
1.      Taksonomi papaya(Carica papaya)
Sistematika tanamn Pepaya(Carica papaya) menurut Steenis (1992) adalah sebagai berikut:
Kingdong : Plantae
Divisio : Spermathophyta
Subdivision : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
SubClass : Sympetalae
Ordo : Cystales/Parietales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L.
2.      Morfologi papaya(Carica papaya)
Papaya(Carica papaya)  adalah semak berbentuk pohon dengan batang yang lurus dan bulat. Bagian atas bercabang atau tidak, sebelah dalam berupa spons dan berongga, sebelah luar banyak tanda bekas daun. Tinggi pohon 2,5-10 m, tangkai daun bulat berongga, panjang 2,5-10 m, daun bulat atau bulat telur, bertulang daun menjari, tepi bercangap, berbagi menjari, ujung runcing garis tengah 25-75 cm, sebelah atas berwarna hijau tua, sebelah bawah hijau agak muda daun licin dan suram, pada tiap tiga lingkaran batang terdapat 8 daun. Bunga hampir selalu berkelamin satu atau berumah dua, tetapi kebanyakan dengan beberapa bunga berkelamin dua pada karangan bunga yang jantan. Bunga jantan pada tandan yang serupa malai dan bertangkai panjang, berkelopak sangat kecil mahkota berbentuk terompet berwarna putih kekuningan, dengan tepi yang bertaju lima, dan tabung yang panjang, langsing, taju berputar dalam kuncup, kepala sari bertangkai pendek, dan duduk bunga betina kebanyakan berdiri sendiri, daun mahkota lepas dan hampir lepas, putih kekuningan, bakal buah beruncing satu, kepala putik lima duduk,. Buah buni bulat telur memanjang, biji banyak, dibungkus oleh selaput yang berisi cairan, didalamnya berduri. Berasal dari Amerika, ditanam sebagai pohon buah (steenis, 1992).
Tanaman ini dapat dijumpai hampir di seluruh kepulauan Indonesia. Di Jawa tengah dikenal dengan nama kates, di Sunda dinamakan gedang, orang sulawesi menyebutnya kapaya dan di Ambon dikenal dengan nama papas.
3.      Habitat dan penyebaran papaya(Carica papaya)
Papaya(Carica papaya) merupakan tanaman buah berupa herba dari family Caricaceae yang berasal dari Amerika tengah dan Hindia barat bahkan kawasan sekitar Meksiko dan Coastarica. Tanman papaya banyak ditanam baik di daerah tropis maupun sub-tropis. Didaerah-daerah basah atau kering juga di daerah-daerah pegunungan(sampai 1000m dpl).
Di Indobesia tanaman Papaya(Carica papaya) tersebar di berbagai daerah, bahkan sudah menjadi tanaman pekarangan rumah. Sentra penanaman buah Papaya (Carica papaya) di Indonesia adalah daerah Jawa Barat (kabupaten Sukabumi), Jawa Timur (Kabupaten Malang), Yogyakarta (Sleman), Lampung Tengah, Sulawesi Selatan (Toraja), Sulawesi Utara (Manado).
4.      Manfaat papaya(Carica papaya)
Papaya(Carica papaya) mempunyai banyak manfaat, sebagai mana Allah dalam Quran surat ASy-Syuaraa ayat 7, sebagai beikut:
Artinya: “dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?”(QS. ASy-Syu’araa(26):7).
Ayat diatas menyatakan bahwa Allah SWT telah menumbuhkan berbagai macam tumbuhan yang baik. Salah satu diantaranya adalah papaya(Carica papaya). Sebagai mana menurut Kalie (2008), pemanfaatan tanaman papaya(Carica papaya) cukup beragam. Daun papaya(Carica papaya) muda, bunga dan buah yang masih mentah dapat dibuat sebagai bahan berbagai ragam sayuran.
Dalam pengobatan tadisional, bagian-bagian tanaman papaya(Carica papaya) banyak digunakan. Pada masa penjajahan Jepag dahulu, ketika obat sulit diperoleh, penderita penyakit malaria selalu diobati dengan minum perasan daun papaya(Carica papaya). Rasa perasan daun papaya(Carica papaya) pahit disebabkan oleh kandungan alkaloid carfain(C14H25NO2) yang banyak terdapat pada daun muda. Alkaloid ini dapat menurunkan tekanan darah dan membunuh amoeba. Sari akar tanaman papaya(Carica papaya) dapat pula digunakan sebagi obat penyakit kencing batu, penyakit saluran kencing dan cacing kremi. Biji papaya(Carica papaya) serig juga digunakan untuk obat penyakit cacing kremi.
B.     Dormansi
1.      Pengertian dan Tipe dormansi
Dormansi yaitu suatu keadaan pertumbuhan yang tertunda atau keadaan istirahat. Dormansi merupakan kondisi yang berlangsung selama satu periode yang tidak terbatas walaupun berada dalam keadaan yang menguntungkan untuk perkecambahan. Menurut Salisbury (1995), dormansi yaitu konsidi biji yang gagal berkecmbah karena kondisi dalam, walaupun kondisi luar(sehu, kelembapan dan atmosfer) sudah sesuai.
Menurut Lakitan (1995), dormansi merupakan fase istiahat dari satu organ tanaman yang mempunyai potensi untuk tumbuh aktif karena mempunyai jaringan meristem. Pada fase ini pertumbuhan organ tersebut berhenti sementara. Hal ini juga dijelakan oleh Sutopo (2004), yang mengatakan bahwa biji dikatakan dorman apabila biji tidak mampu berkecambah walaupun ditempatkan pada kondisi yang memenuhi syarat perkecambahan. Gardener dkk (1991) menambahkan bahwa biji pada beberapa spesies tertentu yang mengalami dormansi hanya dapat berkecambah sesudah diberi perlakuan pendahuluan. Beberapa pengertian tentang dormansi yang telah dipaparkan di atas memiliki kesamaan pengertian yang diungkapakn oleh Siregar(1990), Yaitu suatu keadaan pertumbuhan dan metabolism yang terpendam yang dapat desebabkan oleh factor yang berada dalam tumbuhan itu.
Dormansi biji dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dormansi primer dan dormansi sekunder. Dormansi primer adalah sifat dormansi yang timbul karena sifat fisik dan fisiologis benih. Dormasi primer dibedakan menjadi exogenous dormancy dan endogenous dormancy. exogenous dormancy umumnya terjadi karena sifat kulit biji. Kulit biki dapat menjadi penghalang masuknya air dan gas ke dalam proses perkecambahan sehingga proses perkecambahan tidak terjadi. Dalam hal ini biji Pepaya(Carica papaya) diselimuti oleh Sarcotesta, suatu lapisan yang mengandung fenolik. Selama ini penghilangan sarcotesta selalu disarankan dalam penanganan benih papaya(Carica papaya), karena sarcotesta dapat menghambat proses perkecambahan.
Endogenous dormancy merupakan dormansi yang berkaitan dengan sifat internal fisiologis benih, seperti kondisi embrio yang belum masak(Rudimentary embryo) dan tidak seimbangnya komposisi zat pengatur tumbuh di dalam embrio, sehingga proses perkecambahan terhambat dan akhirnya gagal berkecambah. Sedangkan dormansi sekonder adalah dormansi yang disebabkan tidak tersedianya salah satu factor yang mempengaruhi perkecambahan seperti air, gas, tempratur dan cahaya, akibet memiliki sifat-sifat tertentu(wirawan dan wahyuni, 2012).
2.      Teknik Pematahan Dormansi
Tekik pematahn dormansi merupakan suat usaha yang pertujua untuk memperpendek lamanya dormansi yang disesuaikan tingkat dormansinya. Beberapa cara digunakan untuk pematahan dormansi benih, menurut Sutopo (2004) antara lain:
a.       Perlakuan mekanis, digunakan untuk memecah dormansi yang disebabkan impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas dan resistensi mekanis pada kulit biji. Perlakuan mekanis ini dapat dilakukan dengan cara mengamplas, melubang kulit biji dengan pisau, perlakuan impaction untuk biji-biji yang memiliki sumbat gabus. Semua perlakuan ini bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras, sehingga lebih permeable terhadaap air dan gas.
b.      Perlakuan kimia, bertujuan agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
c.       Perlakuan perendaman air, biji yang dimasukkan air panas bertujuan untuk memudahkan penyerapan air oleh biji. Hal ini dikarenakan air panas dapat melunakkan kulit biji sehingga air dan gas dapat masuk kedalam benih.
d.      Perlakuan pemberin tempratur tertentu, dapat dilakukan dengan berbagai cara antar lain, stratifikasi dan perlakuan suhu beganti. Stratifikasi merupakan perlakuan dengan suhu rendah pada keadaan lembab. Selama sratifikasi terjadi perubahan dalam benih yang berakibat menghilangnya bahan-bahan penghambat pertumbuhan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang meangsang pertumbuhan. Sedangkan perlakuan dengan suhu berganti yaitu dengan pemberian suhu rendah dan tinggi secara bergantian.
C.    Perkecambahan
1.      Factor perkecambahan
Perkecambahan benih ialah muncul dan berkembangnya struktur penting dari embrio serta menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal pada keadaan alam yang menguntungkan(pranoto dkk, 1990).
Perkecambahan biji dapat ditandai dengan munculnya radikel yang menembus kulit biji. Dalam proses perkecambahan terdapat beberapa factor yang mempengaruhinya. Factor luar yang memempengaruhi perkecambahan tersebut adalah factor lingkungan yang meliputi air, suhu, oksigen dan cahaya.
a.       Air, memegang peran penting dalam proses perkecambahan biji. Air adalah factor yang menentukan kehidupan tumbuhan. Tanpa adanya air tumbuhan tidak bias melakukan bebagai macam proses kehidupan apapun. Menurut pranoto(1990), fungsi air ialah untuk, (1) melunakkan kulit benih sehingga embrio dan endosperma membengkak yang menyebabkan retaknya kulit biji, (2) memungkinkan pertukaran gas sehingga terjadi suplai oksigen ke dalam biji, (3) mengencerkan protoplasma sehingga terjasi proses proses metabolism didalam biji, dan (4) mentranslokasikan cadangan makanan ke titik tumbuh yang memerlukan. Lovaless(1989) menambahkan bahwa secara fisik air mempengaruhi perkembangan sel dengan cara mempegaruhi aktifitas organel-organel di dalam sel.
b.      Suhu, merupakan factor yang berpengaruh penting terhadap perkecambahan biji. Hal ini disebabkan suhu berpengaruh terhadap aktifitas kerja enzim dalam proses biokimia. Pada umumnya suhu yang diperlukan dalam perkecambahan berkisar antara 26,5-35oC.
c.       Oksigen, dalam perkecambahan dibutuhkan untuk respirasi biji. Dengan adanya oksigen ini akan terjadi espirasi yang menghasilkan energi yang dibutuhkan dalam perombakan cadangan makanan. Perkecambahan biji dipengaruhi oleh komposisi udara sekitarnya. Menurut Kamil(1979), biji akan berkecambah apabila mengandung 20% oksigen dan 0,03% karbondioksida.
d.      Cahaya, memegang eran penting dalam proses perkecambahan. Apabila dalam proses perkecambahan sangat kurang cahaya maka akan menghasilkan kecambah yang tidak normal. Hal ini disebabkan kecambah mengalami etiolasi, yaiu terjadinya pemanjangan yang tidak normal pada hipokotil dan epikotilnya serta kecambah berwarna pucat.
Factor dalam yang dapat mempengaruhi proses perkecambahan menurut Kuswanto(1996), yaitu tingkat kematangan biji, ukuran biji, dormansi dan suplai hormon.
a.       Tingkat kematangan biji, biji yang dipanen sebelum masak fisiologis akan berpengaruh terhadap viabilitas dan daya simpan biji. Hal ii disebabkan biji belum mempunyai cadangan makanan yang cukup untuk dapat dikecambahkan. Sedangkan biji yang dipanen setelah masak fisiologis, viabilitasnya akan menurun. Biji akan mempunyai viabilitas yang tinggi ketika biji dipanen pada saat yang tepat, yaitu: pada masak fisiologis.
b.      Ukuran biji, secara tidak langsung berpengaruh terhadap perkecambahan. Di dalam jaringan makanan biji memiliki karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Bahan ini merupakan bahan baku dan energi bagi embrio pada saat perkecambahan.  Menurut Wacker dan Ruckman 1968 dalam Sutopo (2004) menjelaskan bahwa ukuran biji mempunyai korelasi positif terhadap kandungan protein pada biji sehingga akan berpengaruh pada kecepatan pertumbuhan.
c.       Dormansi, merupakan suatu keadaan biji yang sebenarnya hidup tetapi tidak mampu berkecambah walaupun ditempatkan pada lingkungan yang mendukung. Pereode ddormansi dapat berlangsung beberapa waktu tentu tergantung pada jenis dormansinya. Dormansi dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain impermeabilitas kulit biji terhadap air. Embrio yang rudimenter, after ripening, dan dormansi sekunder. Sehingga untuk dapat berkecambah diperlukan perlakuan-perlakuan pedahuluan sesuai dengan jenis dormansinya.
d.      Suplai Hormone, hormon berfungsi sebagai pemacu pembentukan enzim hidrolitik. Menurut Kuswanto (1996), perkecambahan bii dapat terhambat karena adanya inhibitor, larutan osmotik, serta bahan-bahan yang dapat menghambat lintasan metabolik seperti fluorin, sianida dan kumarin yang umum terdapat dalam biji.
2.      Tipe perkecambahan
Menurut Sutopo (2004) terdapat dua tipe pertumbuhan awal dari suatu kecambah tanaman, yaitu:
a.       Tipe epigeal(Epigeous) dimana munculnya radikel dikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledondan plumulae ke atas permukaan tanah.
b.      Tipehipogeal(Hypogeous), dimana muculnya radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah.
3.      Proses perkecambahan
Perkecambahan benih merupak suatu prose yang komplek pada benih yang meliputi perubahan-perubahn mofologi, fisiologi dan biokimia sehingga tebentuk tumbuhan yang baru. Menurut Kamil(1979), perkecabahan biji dapat dibedakan atas dua macam proses, yaitu proses perkecambahn fisiologis, dan morfologis.
a.       Proses perkecambaha fisiologis, merupakan proses perkecambahan dimana didalam biji ersebut terjadi perubahan-perubahan fisiologis yang menyebabkan benih menjadi berkembang dan tumbuh membentuk tanaman baru. Beberapaproses berurutan, sebagai berikut:
1.      Penyerapan air, merupakan tahapan pertama perkecambahan biji. Penyerapan air dilakukan oleh kulit biji yang permeabel terhadap air. Air merupakan faktor penting dalam proses perkecambahan tanaman. Sebagaimana telah difirmankan dalam quran surat An-naba’(78) ayat 14-15:
Artinya:”dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah. Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan”(QS. An-Naba’(78):14-15).
Ayat diatas menunjukkan bahwa air merupakan faktor terpenting dalam proses perkecambahan biji. Al ini dapat dilihat pada kalimat”dan Kami tumbuhkan dari air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan”. Air sangat berpengaruh dalam proses biokimia didalam biji maupun paa tumbuhan, khususnya pada tahap awal perkecambahan.
Menuut Pranoto(1990) selam proses perkecambahan terjadi proses hidrasi dari koloid-koloid hidrofil yang mengakibatkan bertambahnya volume dan imbulnya tekanan imbibisi. Tekanan imbibisi yang terjadi pada biji mengakibatkan pembengkakan sehingga terajadi keretakan pada kulit. Pada peristiwa ini merupakan proses fisiologis yang tidak ada kalitannya dengan viabilitas benih.
2.      Perombakan cadangan makanan, setelah masuknya air dalam biji tejadi reaktivasi enzim dan hormon, maka berlangsung proses perombakan didalam jaringan cadangan makanan. Menurut Pranoto dkk(1990), hormon giberelin dalam benih terikat tidak aktif dan menjadi aktif setelah biji mengimbibisi air sehingga akan mendorong pembentukan enzim-enzim hidrolase seperti enzim α-amilase, protease, ribonuklease, β-glukonase dan fisfatase.
Fungsi pokok enzimdalam biji adalah untuk merombak cadangan makanan di dalam endosperm yaitu untuk mrubah pati dan hemiselulosa menjadi gula, lemak menjadi gliserin, dan protein menjadi asam amino (Kamil, 1979). Jadi pada proses perombakan cadangan makanan terjadi proses pemecahan senyawa yang biomolekul besar menjadi senyawa yang biomolekul kecil sehingga dapat diangkut oleh air melalui membran dan dinding sel.
3.      Pengangkutan makanan, cadangan makanan yang telah dipecah dengan hasil asam amino, asam lemak dan glukosa(gula), diangkut dari daerah jaringan penyimpanan makanan ke daerah yang membutuhkan, yaitu titik tumbuh pada embrionik axis, plumulae dan radikula (Kamil, 1979).
4.      Asimilasi, merupakan tahap terakhir dalam penggunaan cadangan makanan dan merupakan suatu proses pembangunan kembali. Pada proses asimilasi ini protein yang telah dirombak oelh enzim protease menjadi asam amino dan diangkut ke titik tumbuh disusun kembali menjadi protein baru. Protein bau ini kemudian dipergunakan untuk membentuk sel-sel baru terutama pembentukan protoplasma baru (Kamil, 1979).
5.      Pernafasan, pada proses perkecambahan akan menghasilkan energi. Energi hasil pernafasan ini akan dibebaskan namun sebagian lagi akan dipakai biji untuk pembelahan sel dan pembusukan kulit biji oleh radikel sehingga dalam proses perkecambahan energi lebih banyak dibutuhkan pada saat penembusan radikel terhadap kulit biji.
6.      Pertumbuhan, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam proses pertumbuhan, yaitu pertumbuhan embrionik axis dan pemanjangan bibit. Pertumbuhan embrionik axis terjadi karena dua buah peristiwa, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada, pembentukan sel-sel baru pada titik tumbuh, radikel, dan plumula (Kamil, 1979). Pada umumnya bagian embrionik axis yang pertama kali meninjol keluar adalah radikel, kemudian baru dikuti oleh plumula. Radikel tumbuh memanjang ke bawah dan diikuti dengan tumbuhnya bulu akar dan akar sekunder sehingga dapat memperluas bidang penyerapan air.
b.      Proses perkecambahan morfologis
Secara morfologis, sukar ditentukan secara pasti kapan perkecambahan biji berakhir dan pertumbuhan dimulai. Proses perkecambahan morfologis merupaka proses tahapan segera setelah proses pengangkutan makanan dan pernafasan. Uraian disini masih meliputi pembelahan sel dan pemanjangan sel, namun lebih dikaitkan dengan pertumbuhan embrionik exis yang dapat dilihat atau diamati secara morfologis yaitu, keluarnya radikel atau plimila dari kulit biji. Pembelahan sel, dan pemanjangan sel dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan penonjolan radikel ke luar kulit benih terutama disebabkan oleh pemanjangan sel. Sedangkan pembelahan sel hanya menyebabkan perbanyaka jumlah sel yang kemudian memanjang (Kamil, 1979).
D.    Air Kelapa(cocos nucifera) Sebagai pematah doemansi
Dilaporkan oleh Kristina (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa air kelapa mengandung ZPT kinetin(sitokinin) dalam air kelapa muda sebesar 273,632 mg/l dan zeatin 290mg/l, kemudian juga mengandung IAA(Auksin) sebesar 198,55mg/l. tingginya kandungan tersebut diproduksi dalam jaringan maristematik yang aktif membelah. Air kelapa muda merupakan ZPT alami yang banyak digunakan dalam perbanyakan in vitro berbagai tanaman.
Karimah (2013) juga menyatakan bahwa ai kelapa mengandung homon sitokinin(5,8mg/l), auksin(0.007mg/l), sedikit giberelin dan senyawa lain yang dapat menstimulus perkecambahan dan pertumbuhan. Oleh karenanya dalam penelitian ini digunakan air kelapa sebagai zat perendaman.



BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Rancangan Penelitian
Penelitian dengan topic “Pengauh Lama Perendaman Air Kelapa(Cocos nucifera) terhadap pematahan dormansi benih papaya(Carica papaya)”  menggunakan rancangan penelitian Rancangan Acak kelompok Lengkap(RAKL). Penelitian ini menggunakan percobaan factorial 3x4 dengan factor pertama beupa macam cara pelepasan aril dan factor kedua berupa lama peendaman dengan air kelapa. Dengan 5 konsentrasi berdasa pada penelitan Renvillia (2016) yaitu 0%(sebagai kontrol), 25%, 50%, 75%, dan 100%. Dan faiasi waktu peendaman 10, 20,30 menit.
B.     Waktu Dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan oktober 2016 di laboratorium fisiologi tumbuhan, dan green house Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
C.    Variabel Penelitian
Variable bebeas yang digunakan dalam penelitia ini adalah waktu perendaman, konsentrasi air kelapa. Kemudian variable terikat dari penelitian ini adalah benih papaya dan air kelapa.
D.    Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah:
1.      Benih papaya var. Thailand
2.      Air kelapa muda
3.      Media tanam(Tanah, Pasir dan pupuk organik)
4.      Trey
5.      aquades
E.     Langkah kerja
Penelitian ini dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1.      Persiapan larutan
a.       Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
b.      Disiapkan 4 buah wadah
c.       Dibuat lautan air kelapa dengan konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% masing-masing 500 ml.
2.      Pengaplikasian
a.       Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
b.      Dikelompokkan secara acak  menjdi 12 kelompok perlakuan dan satu kelompok control.
c.       Perlakuan dilakukan sesuai dengan table berikut:]
Lama perendaman(menit)
Konsentrasi (%)
25
50
75
100
10
Pa1
Pa2
Pa3
Pa4
20
Pb1
Pb2
Pb3
Pb4
30
Pc1
Pc2
Pc3
Pc4
d.      Ditanam benih yang telah diberi perlakuan dalam media tanam, kombinasi pasir, tanah dan popok organic dehang kedalaman ¼ sari permukaan media.
e.       Dilakukan penyirama setiap harinya dengan menyemprotka air
f.       Dilakukan pengamatan setiap hari dalam waktu satu bulan setelah masa tanam untuk mengetahui perkembangan perkecambahan pada benih.
F.     Analisis
Data yang didapat dianalisis dengan menggunakan spss one way anova. Jika terdapat perbedaan nyata maka akan dilanjutkan dengan uji post hoc.



Daftar Pustaka

Gardner, F. P., Peace, R. B., & Mitchell, R. L. (1991). Physiology of crop Plants. (H. Susilo, & Subianto, Trans.) jakarta: UI Press.
kalie, M. B. (2008). Bertanam Pepaya. jakarta : Penebar Swadaya.
Lakitan, B. (1995). Fisiologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
luqman. (20012, oktober 16). Luqman Mania. Retrieved mei 16, 2016, from penyebab dormansi dan metode pematahannya: http://luqmanmaniabgt.blogspot.co.id/2012/10/penyebab-dormansi-dan-metode.html
Maryati, s. e., & Suhartanto, M. R. (2005). Pengaruh Sarcotesta dan pengeringan benih serta perlakuan pendahuluan terhadap Viabilitas dan dormansi Benih pepaya(Carica Papaya L.). Bul. Agron , 33 (2), 23-30.
Salisbury, F. B. (1995). Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. bandung: ITB Press.
steenis, C. G. (1992). flora (5 ed.). (M. Soeryowinoto, Trans.) jakarta: PT Padya Pramita.
Sutopo, L. (2004). teknologi benih. jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tiwery, R. R. (2014). Pengaruh Penggunaan air kelapa(Cocos Nucifera) terhadap pertumbuhan tanamn sawi (Brassica juncea L.). Biopendix , 1 (2), 83-91.
Zian, S. (2016, Januari 12). seputar Pertanian. Retrieved mei 16, 2016, from Pepaya California berasal dari Indonesia Bukan California: http://www.seputarpertanian.com/2016/01/pepaya-california-berasal-dari.html


Popular posts from this blog

Makalah Kelas Osteichthyes

Makalah Anatomi Bunga

Makalah Etnobotani Pemanfaatan Tanaman sebagai Sandang