Faktor faktor yang mempengaruhi respirasi
Respirasi Aerob
Respirasi
aerob adalah reaksi katabolisme yang membutuhkan suasaa aerobik besar. Energy
yang dihasilkan disimpan dalam bentuk energy kimia yang siap digunakan yaitu
ATP. Pelepasan gugus fosfat menghasilkan energy yang digunakan langsung oleh
sel untuk melangsungkan reaksi kimia, pertumbuhan, transportasi, gerak,
reproduksi, dan sebagainya. Reaksi aerobic secara sederhana sebagai berikut:
C6H12O6
+ 6 O2 à 6CO2 + 6H2O
Proses
respirasi aerob berlangsung dalam tiga tahap yang berurutan, yaitu: glikolisis,
siklus krebs dan Transpor electron. Penjelasan lebih lanjut engenai proses
tersebut akan dijelaskan sebagi berikut.

Glikolisis
Istilah glikolisis yang berarti
pemecahan gula diperkenalkan secara langsung pada tahun1909 untuk maksut
perombakan gula menjadi etil alkohol(etanol). Tapi sebagian besar sel akan
menghasilkan asam piruvat, bukan etanol, jika mendapat aerasi secara normal.
Gula yang lazim dirombak adalah heksosa, seingga glikolisis berarti perombakan
heksosa menjadi asam piruvat. Setiap reaksi dalam glikolisis, enzim yang
mengkatalisis dan kebutuhan khusus akan aktifator logam. Tapi proses
keseluruhan dapat dirangkum sebagai berikut:
Glukosa+
2 NAD+ + 2 ADP2- + 2 H2PO4-
à
2 piruvat + 2 NADH + 2 H+ + 2 ATP 3- + 2 H2O
Berikut fungsi-fungsi glikolisis:
1.
Glikolisis
mengubah satu molekul heksosa menjadi dua asam piruvat, dan terjadi oksidasi
sebagian pada heksosa. Untuk setiap heksosa yang dirubah, dua molekul NAD+
direduksi menjadi NADPH. NADH ini sangat penting, sebab secara berurutan akan
dioksidassi oleh O2 di mitokondria yang akan menghasilkan NAD+
dan dua molekul ATP.
2.
Produksi ATP.
Secara keseluruhan glikolisis menghasilkan ATP, tapi pada tahap awal
menggunakan ATP. Ketika glukosa dan fruktosa masuk glikolisis, masing-masing
difosforilasi oleh ATP pada reaksi yang dikatalis oleh hidrokinase aau
fruktokinase.
Proses
Reaksi Glikolisis (respirasi aerob)- Glikolisis merupakan reaksi tahap
pertama secara aerob (cukup oksigen) yang berlangsung dalam
mitokondria.
Tahap
glikolisis tidak memerlukan oksigen dan tidak menghasilkan banyak energi. Tahap
glikolisis merupakan awal terjadinya respirasi sel. Glikolisis terjadi dalam
sitoplasma dan hasil akhir glikolisis berupa senyawa asam piruvat. Glikolisis
memiliki sifat-sifat, antara lain: glikolisis dapat berlangsung secara aerob
maupun anaerob, glikolisis melibatkan enzim ATP dan ADP, serta peranan ATP dan
ADP pada glikolisis adalah memindahkan (mentransfer) fosfat dari molekul yang
satu ke molekul yang lain. Pada sel eukariotik, glikolisis terjadi di
sitoplasma (sitosol). Glikolisis terjadi melalui 10 tahapan yang terdiri dari 5
tahapan penggunaan energi dan 5 tahapan pelepasan energi. Berikut ini reaksi
glikolisis secara lengkap:
Molekul
glukosa akan masuk ke dalam sel melalui proses difusi. Agar dapat bereaksi,
glukosa diberi energi aktivasi berupa satu ATP. Hal ini mengakibatkan glukosa
dalam keadaan terfosforilasi menjadi glukosa-6-fosfat yang dibantu oleh enzim
heksokinase. Glikolisis ini terjadi pada saat sel memecah molekul glukosa yang
mengandung 6 atom C (6C) menjadi 2 molekul asam piruvat yang mengandung 3 atom
C (3C) yang melalui dua rangkaian reaksi yaitu rangkaian I (pelepasan energi)
dan rangkaian II (membutuhkan oksigen).
Rangkaian
I
Rangkaian
I Reaksi Glikolisis (pelepasan energi) berlangsung di dalam sitoplasma (dalam
kondisi anaerob) yaitu diawali dari reaksi penguraian molekul glukosa menjadi
glukosa-6-fosfat yang membutuhkan (-1) energi dari ATP dan melepas 1 P. Jika
glukosa-6-fosfat mendapat tambahan 1 P menjadi fruktosa-6-fosfat kemudian
menjadi fruktosa 1,6 fosfat yang membutuhkan (-1) energi dari ATP yang melepas
1 P. Jadi untuk mengubah glukosa menjadi fruktosa 1,6 fosfat, energi yang
dibutuhkan sebanyak (-2) ATP. Selanjutnya fruktosa 1,6 fosfat masuk ke
mitokondria dan mengalami lisis (pecah) menjadi dehidroksik aseton fosfat dan
fosfogliseraldehid.
Rangkaian
II
Rangkaian
II Reaksi Glikolisis (membutuhkan oksigen) berlangsung di dalam mitokondria
(dalam kondisi awal), molekul fosfogliseraldehid yang mengalami reaksi
fosforilasi (penambahan gugus fosfat) dan dalam waktu yang bersamaan, juga
terjadi reaksi dehidrogenasi (pelepasan atom H) yang ditangkap oleh akseptor
hidrogen, yaitu koenzim NAD. Dengan lepasnya 2 atom H, fosfogliseraldehid
berubah menjadi 2×1,3-asam difosfogliseral kemudian berubah menjadi 2×3-asam
fosfogliseral yang menghasilkan (+2) energi ATP. Selanjutnya 2×3-asam
fosfogliseral tersebut berubah menjadi 2xasam piruvat dengan menghasilkan (+2)
energi ATP serta H2O (sebagai hasil sisa). Jadi, energi hasil akhir
bersih untuk mengubah glukosa menjadi 2 x asam piruvat, adalah:
Energi
yang dibutuhkan Tahap I : (-2) ATP
Energi
yang dihasilkan Tahap II : (+4) ATP
Energi
hasil akhir bersih : 2 ATP
Pada
perjalanan reaksi berikutnya, asam piruvat tergantung pada ketersediaan oksigen
dalam sel. Jika oksigen cukup tersedia, asam piruvat dalam mitokondria akan
mengalami dekarboksilasi oksidatif yaitu mengalami pelepasan
CO2 dan reaksi oksidasi dengan pelepasan 2 atom H (reaksidehidrogenasi).
Selama proses tersebut berlangsung, maka asam piruvat akan bergabung dengan
koenzim A (KoA–SH) yang membentuk asetil koenzim A (asetyl KoA). Dalam
suasana aerob yang berlangsung di membran krista mitakondria terbentuk juga
hasil yang lain, yaitu NADH2 dari NAD yang menangkap lepasnya 2 atom H yang
berasal dari reaksi dehidrogenasi. Kemudian kumpulan NADH2 diikat oleh rantai
respirasi di dalam mitokondria. Setelah asam piruvat bergabung dengan koenzim
dan membentuk asetil Co-A kemudian masuk dalam tahap siklus Krebs.
Jika
Anda amati lebih cermat lagi, Anda akan mengetahui pada tahapan mana sajakah
energi ( ATP) dibentuk. Nah, proses pembentukan ATP inilah yang
disebut fosforilasi. Pada tahapan glikolisis tersebut, enzim mentransfer
gugus fosfat dari substrat (molekul organik dalam glikolisis) ke ADP sehingga
prosesnya disebut fosforilasi tingkat substrat. Keseluruhan reaksi glikolisis,
dapat dibuat persamaaan reaksi sebagai berikut:
Glukosa + 2ADP + 2Pi + 2NAD+ →
2 Piruvat + 2H2O + 2ATP + 2NADH + 2H+
Selain
glukosa, bahan makanan yang Anda konsumsi tidak selalu mengandung gula
sederhana seperti glukosa saja. Kadang-kadang Anda mengkonsumsi bahan-bahan
yang mengandung gula kompleks (karbohidrat kompleks) seperti maltosa, laktosa,
dan sukrosa. Kemudian, dapatkah gula-gula atau karbohidrat yang kompleks
tersebut langsung dimetabolisme oleh sel? Tentu saja tidak, bahan-bahan yang
belum sederhana tersebut harus dirombak dahulu sehingga menjadi bahan yang
dapat dimetabolisme langsung oleh sel. Bukankah Anda sudah mengetahui
macam-macam gula? Maltosa, sukrosa, dan laktosa terlebih dahulu diubah menjadi
monomer penyusunnya yaitu glukosa dan gula sederhana yang lain yaitu fruktosa
atau galaktosa. Selanjutnya, glukosa atau gula-gula sederhana akan masuk siklus
glikolisis seperti biasa. Glukosa akan diubah menjadi glukosa 6P dan seterusnya
sehingga dapat dihasilkan 2 asam piruvat. Lalu, bagaimana dengan fruktosa dan
manosa? Fruktosa dan manosa dapat langsung diubah menjadi fruktosa 6P.
Faktor-factor yang mempengaruhi
respirasi:
Factor-faktor yang
mempengaruhi respirasi adalah sebagai berikut(Salisbury,1995):
1.
Suhu
Pengaruh factor suhu bagi laju
respirasi tumbuhan sangat terkait dengan factor Q10. Umumnya laju reaksi
respirasi akan meningkat setiap kenaikan suhu 10oC, namun tergantung
pada masing-masing spesies. Nilai Q10 untuk respirasi antara suhu 5oC
sampai 25oC adalah 2-2,5, berarti untuk kisaran tersebut laju
respirasi akan meningkat lebih dari 2 kali lipat untuk setiap kenaikan 10oC.
jika suhu ditingkatkan sampai sekitar 35oC, laju respirasi tetap
meningkat tetapi dengan nilai Q10 yang rendah. Penurunan ini diduga disebabkan
karena penetrasi oksigen melalui kutikula atau epidermis
tidak mencukupi kebutuhan. Pada suhu(40oC) yang lebih tinggi lagi
laju respirassi akan menurun, hal ini disebabkan karena sebagian enzim yang
berperan akan mulai denaturasi.
2.
Ketersediaa O2
Oksigen
akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi
masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ tumbuhan yang sama.
Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak dipengaruhi laju
respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi
jauh lebih rendah daripada oksigen yag tersedia di udara. Pada kondisi kurang
oksigen, seperti tanah terlalu basah atau ergenang air, maka jaringan akar atau
biji-biji yang terbenam didalamnya akan mengalami kekurangan oksigen dalam
keadaan sperti ini maka pada jaringan akan terjadi respirasi anaerobic.
3.
Ketersediaan
subtract
Ketersediaan
subtract pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi.
Tumbuhan dalam kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan
laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya bila subtract yang tersedia cukup
banyak maka laju respirasi akan meningkat.
Subtract
respirasi adalah setiap senyawa organic yang dioksidasikan dalam respirasi,
atau senyawa senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relative
banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2.
4.
Tipe dan
umurtumbuhan
Tiap-tiap
spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolism, dengan demikian kebutuhan
tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan
muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dari pada tumbuhan tua.
Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang mengalami masa pertumbuhan,
jaringan meristematik menunjukkan laju yang lebih tinggi dari pada jaringan
tua.
(Salisbury, 1995)