IDENTIFIKASI MIKROALGA DIVISI CYANOPHYTA DI PERAIRAN DI SEKITAR KECAMATAN DIWEK, JOMBANG
Magtin Najla Safura*­, Ismi Anni Aslikhah*, Ainun Nikmatil Laily**
*Jurusan Biologi, **Dosen Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Abstrak
Pendahuluan
Mikroalga merupakan mikroorganisme aquatik fotositetik berukuran mikroskopik, yang dapat ditemukan di dalam air tawar dan air laut, paling tidak terdapat pada lokasi yang lembab, serta melakukan prosesfotosintesis untuk membuat makanannya sendiri karena termasuk ke dalam jenis makhluk hidup fotoautotrof. Mikroalga merupakan jenis sel tunggal yang terpisah menyendiri atau berkelompok. Tergantung pada jenisnya, ukuran mereka dapat terbentang beberapa mikrometer (μm) hingga beberapa ratus mikrometer. Tidak sama dengan tumbuhan lain, mikroalga tidak mempunyai akar, batang dan daundaun. Mikroalga mampu untuk melakukan fotosintes, mereka menghasilkan oksigen dimana pada waktu yang sama mereka mengambil karbondioksida di lingkungannya sehingga mengurangi efek rumah kaca dan meminimalisasi terjadinya global warming(Winahyu,2013).
            Cyanobacteria/cyanophyta atau alga hijau biru merupakan kelompok alga prokariotik. Organisme tersebut memiliki peran sebagai produsen dan penghasil senyawa nitrogen di perairan. Beberapa Cyanobacteria juga diketahui dapat memproduksi toksin(racun). Selain menghasilkan toksin, Cyanobacteria mampu menghasilkan senyawa yang bermanfaat bagi makhluk hidup lain, antara lain protein dan senyawa lain, antara lain protein dan senyawa lain untuk obat-obatan.(Prihantini, 2008).
            Bentuk tubuh Cyanobacteria dapat uniselular (sel tunggal) atau koloni (Vashishta 1999). Cyanobacteria uniselular jarang ditemukan dalam bentuk sel soliter. Umumnya dijumpai dalam rangkaian yang tersusun atas 2 sel (Synechococcus), atau tersusun atas deretan sel (trikom) berbentuk filamen (Oscillatoria). Koloni Cyanobacteria (Microcystis) biasanya merupakan koloni non-coenobik. Sel-sel dari koloni tersebut dapat hidup soliter apabila koloninya dihancurkan atau rusak(Prihantini,2006).
            Ganggang biru di temukan di aneka macam habitat. Di perairan air tawar(sungai, kolam dan danau) dari mulai suhu rendah sampai suhu tinggi, bisa dipastikan bisa ditemukan ganggang biru, baik yang berbentuk filament maupun yang bukan filamen. Beberapa jenis ada yang hidup di batu atau di tanah lembab(Sulisetijono,2009).
            Identifikai mikroalga divisi cyanophyta di daerah kawasan kecamatan diwek masih jarang dilakukan. Oleh karenanya identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui jenis cyanophyta apa saja yang hidup di daerah perairan kawasan Diwek.
Metode Penelitian
            Pengambilan sampel air dilakukan di 3 staaiun perairan(Sungai dan kolam) di daerah sekitar kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Stasiun pertama berada di perairan setelah adanya pabri tebu, yang mana di perairan ini airnya mempunyai bau yang manis, dan berwarna keruh. Diduga perairan ini sudah tercemar limbah tebu. Stasiun kedua berada di perairan sungai sebelum pabrik tebu, perairan ini bisa dikatakan belum tercemar limbah. Stasiun ketiga adalah kolam ikan yang berada di sekitar kecamatan diwek. Kolam ikan ini airnya berwarna hijau dan diduga teradi blooming alga.
            Pengamatan dilakukan di Laboratorium Ekologi, Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
            Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: kertas pH, thermometer, plankton net, botol sampel, gelas ukur, botol sprey, corong kaca, dan lux meter. Untuk bahan tambahan yang digunakan adalah aquades dan formalin 4%.
            Metode penelitian yang digunakan dalam identifikasi ini adalah:
1.      Pengukuran pH
Pengukuran pH pada masing-masing stasiun dengan menggunakan kertas pH. Pengukuran pH ini bertujuan untuk mengetahui berapakah pH air yang akan dijadikan sampel.
2.      Pengukuran intensitas cahaya
Intensitas cahaya juga diukur sebagai pertimbangan. Karena intensitas cahaya matahari yang maksimal pada permukaan air akan menyebabkan proses fotosintesis pada alga berjalan dengan optimal sehingga proses sintesis makanan akan berjalan efektif(Soeprapto,2009)
3.      Pengukuran suhu Air
Pengukuran suhu air dilakukan dengan terometer. Suhu diukur karena ada beberapa alga yang bersifat eurythermal dapat bertahan hidup pada perairan yang suhunya sangat berfluktuasi, sedangkan alga-alga yang brsifat stenothermal tidak dapat hidup pada lingkungan yang demikian(anonym,2011).
4.      Pengambilan sampel
Pengambilan sampel menggunakan plankton net. Sampel yang terjaring kemudian dimasukkan kedalam botol sampel yang telah dineri formalin 4%. Selanjutnya dilakukan identifikasi di laboratorium.
5.      Identifikasi Sampel
     Sampel diidentifikasi di Laboratorium Ekologi jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki Malang. Identifikasi dilakukan dengan pengamatan masing-masing sampel di bawah mikroskop. Sampel di ambil dengan menggunakan pipet tetes, kemudan ditetesan ke atas kaca objek dan ditutup dengan kaca benda. Lalu preparat dimati dbawah mikroskop dan diidentifikasi organisme yang ditemukan.
Hasil dan Pembahasan
1. Parameter lingkungan
Penelitian mengenai identifikasi microalga Cyanophyta ini dilakukan di daerah kecamatan Diwek, Jombang. Dimana pengambilan sampel dilakukan di tiga stasiun yang bebeda. Stasiun pertama yaitu di perairan sekitar PG Tjukir yang memiliki parameter lingkungan diantaranya suhu perairannya 43°C, intensitas cahaya mencapai 1330 cd, derajat keasaman atau pH 7,5. Stasiun kedua dengan keaadaan suhu periran mencapai 27°C, intensitas cahaya sekitar 1127, dan pH 7. Sedangkan stasiun ketiga memiliki suhu 30°C, intensitas cahaya 1554, dan derajat keasaman 9.
Tabel 1. Data para meter masing-masing stasiun
Parameter
Stasiun Pengambilan Sampel
I
II
III
Suhu (°C)
43
27
30
Intensitas cahaya (cd)
1330
1127
1544
PH
7,5
7
9
Warna air
keruh kehitaman
bening
hijau

Dari data diatas diketahui bahwa ketiga stasiun memiliki pH berkisar 7-9. Derajat keasaman dikatan normal jika mencapai 7 dan jika lebih dari itu maka dikategorikan basa. Derajat keasaman (pH) berkisar antara 6 - 9 sesuai untuk alga anggota Cyanobacteria yang biasanya lebih toleran terhadap pH netral sampai dengan basa (Prihantini,2006). Hal ini terlihat dari ditemukannya beberapa alga Cyanobacteria di ketiga stasiun tersebut. Dan juga didukung dengan keadaan suhu perairan yang memungkinnkan microalga untuk hidup. Kisaran suhu periaran tersebut dapat dengan baik ditoleransi oleh mikroalga perairan di daerah tropis (Boney 1975). Suhu 250C atau lebih diketahui sebagai suhu optimum untuk berfotosintesis bagi Chlorophyta (Lee 1989) dan Cyanophyta (Vincent & Howard-Williams 1989). Keberadaan alga dalam perairan dapat sebagai indikator yang menunjukkan bagaimana keadaan suatu perairan tersubut. Intensitas cahaya akan mempengaruhi suhu perairan, sehingga suhu optimum bagi pertumbuhan Cyanobacteria juga tercapai. Semakin tinggi intensitas cahaya matahari, suhu perairan akan meningkat.
2. Identifikasi microalga Cyanobacteria
Hasil pengamatan dari ketiga sampel stasiun itu didapatkan beberapa spesies microalga . Pengamatan dilakukan dibawah mikroskop dengan menggunakan perbesaran 400x. Setelah diidentifikasi , alga yang terdapat pada ketiga stasiun ini adalah alga dari divisi Cyanophyta/Cyanobacteria. Menurut Prihantini(2006) Cyanobacteria/Cyanophyta atau alga hijau biru merupakan kelompok alga prokariotik. Cyanobacteria bersifat kosmopolitan, dapat hidup di perairan (planktonik) dan daratan (terrestrial). Sebagian hidup menempel pada berbagai substat dalam air, diantaranya tumbuhan (epifitik), tanah, dan batu-batuan (epilitik). Semua anggota alga ini bernaung dalam satu kelas yaitu kelas Myxophyceaae atau Cyanophyceae.
Analisi lebih lanjut, alga yang terdapat pada ketiga stasiun ini terdiri dari Ordo  Chroococcales, Oscillatoriales, Pseudanabaenales, dan Nostocales. Ordo Chroococcales ditemukan di stasiun III dengan spesiesnya Gleocapsa. Spesies ini termasuk dalam ordo Chroococcales karena memiliki bentuk tubuh berupa koloni non-filamen. Spesies-spesies Cyanobacteria dari ordo Chroococcales memiliki bentuk koloni berupa persegi, spherical, atau tidak beraturan. Bentuk koloni spherical ada pada spesies Aphanothece sp., Chroococcus sp., Gloeocapsa sp., dan Synechococcus sp (Prihantini,2008). Gloeocapsa merupakan alga bersel satu, dikelilingi selaput gelatin yang di dalamnya mungkin terdapat beberapa generasi sel membentuk organisasi koloni untuk sementara. Selnya berbentuk ovoid-ellipsoidal (bundar telur – ellips). Sejumlah spesies Gloeocapsa ada yang hidup pada butiran basah, sedangkan yang lainnya aquatik (Prihantini, 2008)
Identifikasi selanjutnya terdapat 2 genus pada ordo Oscillatoriales yaitu Oscillatoria dan Lyngbya. Spesies yang termasuk ke dalam ordo Oscillatoriales memiliki bentuk tubuh berupa koloni filamen (trikom). Filamen ganggang ini mungkin sendirian atau mungkin tumpang tindih dengan filamen yang lain, membentuk suatu lapisan yang luasnya tidak terbatas. Setiap individual trichomer tidak bercabang, berbentuk silindris. Ada yang berselubung dan ada yang tidak (Sulisetjono,2009). Dalam ordo Oscillatoriales dibedakan antarspesies berdasarkan bentuk trikom, lebar trikom, dan vakuola gas. Spesies-spesies Cyanobacteria dari ordo Oscillatoriales memiliki dua bentuk trikom yang berbeda(Prihantini, 2008). Tubuh dari ordo ini seluruhnya berfilament dan juga sebagian mempunyai heterocyst, sebagian lagi tidak namun pada kelas yang ditemukan ini tidak mempunyai heterocyst. Ordo Lyngbya berbentuk panjang, filamen unbranching di dalam selubung lendir  kaku.. Sebuah trikoma tunggal dalam selubung kaku, selubung jelas atau kekuningan, filamen planktonik atau menggumpalkan. Padang lamun dan terumbu karang di perairan tropis dan subtropis di seluruh dunia (Sani, 2014). Hasil identifikasi menunjukan bahwa spesies yang didapat adalah Lyngbya putealis.
Hasil identifikasi berikutnya yaitu ditemukan alga Cyanophyta spesies Stigonema Bentuknya berupa filamen yang bercabang – cabang, mempunyai pertumbuhan memanjang apikal, cabang berasal dari pembelahan sel di tempat baru. Pada Stigonema dapat dijumpai trichoma uniseriat (terdiri atas satu deret sel), dan trichoma pluriseriat (lebih dari satu deret sel). Bentuk sel mungkin bulat atau rata, karena adanya pemampatan atau penekananMenurut.Sulisetjono (2009), Percabangan trikoma adalah percabangan asli. Cabang tumbuh dari trikoma utama pada kedua sisi trikoma. Cabang dapat membentuk cabang lagi. Selubung trikoma bertekstur halus, dengan permukaan yang rata atau kasar, bening atau berwarna kuning kecoklatan. Heterokista terdapat pada trikoma utama atau pada cabang. Hidup pada batuan yang lembab dan tanah yang lebih banyak terdapat air. Pertumbuhan ujung lebih luas dan percabangannya sama dengan sumbu utama, bentuk sel mungkin bulat atau pipih.
Dari ketiga stasiun yang diteliti, stasiun yang mendominasi alga Cyanophyta yaitu pada stasiun II. Hasil identifikasi pada stasiun ini terdapat Cyanophyta dari genus Oscillatoriales, Lyngbya dan Stigonema. Pada stasiun III  hanya terdapat alga dari genus Gleocapsa, sedangkan pada stasiun I tidak ada alga yang mendominasi.
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan yang telah dilakukan I ketiga stasiun. Dari Ketiga stasiun didapatkan beberapa spesias mikroalga divisi cyanophyta. Mikroalga yang didapat adalah dari genus Oscillatoriales, Lyngbya dan Stigonema, yang berada di stasiun dua. Dan dari genus Gleocapsa dtemukan di stasiun tiga.
Daftar Pustaka
Winahyu, Diah Atika, dkk. 2013. Studi Pendahuluan Mengenai Keanekaragaman Mikroalga di Pusat Konservasi Gajah, Taman Nasional Way Kambas. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.
Prihantini, Nining Batawati, dkk.2008.Biodiversitas Cyianobacteria dari Beberapa Situ/Danau di Kawasan Jakarta-Depok-Bogor, Indonesia. MAKARA. Vol. 12 No.1.
Pihantini, Nining Batawati, dkk.2006. Cyanobacteria dari Beberapa Situ dan Sungai di Kawasan Jakarta dan Depok, Indonesia.Seminar Nasional Limnologi.Jakarta:Widya Graha LIPI
Sulisetijono.2009.Alga.Bahan Serahan. Malang:UIN Malang.
Soeprapto, Hadi.2009.Manfaat Cahaya bagi Alga Khususnya Chlorophyta.PENA Akuatika.Vol.1 No.1
Anonim.2011.Pengaruh Suhu Terhadap Kehidupan Alga(on lone).Zona Bawah. http://zonabawah.blogspot.com/2011/05/pengaruh-suhu-terhadap-kehidupan-alga.html. Diakses tanggal 22 oktober 2014, pukul 19:48
Wijaya, Trian Septa dan Riche Hariati.2009.Struktur Komunitas Fitoplankton sebagai Bio Indikator Kualitas Perairan Danau Rawapening Kabupaten Semarang Jawa Tengah.Struktur Komunitas Fitoplankton.
Sani, Robby Nasrul et al.2014.Anilisis Rendem dan Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Microalga Laut Tetraselmis chuii, Jurnal Pangan dan Agroindustri.Vol.2 No. 2 P.121-126.



Popular posts from this blog

Makalah Kelas Osteichthyes

Makalah Anatomi Bunga

Makalah Etnobotani Pemanfaatan Tanaman sebagai Sandang