Karma
KARMA? Semoga Iya
“kita deket, gak takut pacarmu
marah?” sms singkat dariku
“gak lah santai aja, kita kan
kaka adekan” balasnya
“yaudah kalo di Tanya ‘kok dia manggilnya bi?’, bilang aja itu
singkatan dari namamu, dan kalo ditanya ‘kok kamu manggilnya mi?’ jawab aja itu
akhiran dari namaku” jelasku panjang lebar.
Teringat jelas percakapa pesan singkat itu, entah sudah berapa tahun lalu
itu terjadi. Dan sekarag aku mengaaminya kembali namun dengan posisi yang
berbeda. Sekarang aku yang jadi ceweknya. Aku orang yang percaya akan adanya
balasan yang bakal datang sebagai balasan atas apa yang sudah aku lakukan di
masa lalu. Iya mungkin ini balasan dari hal itu.
Siang itu seperti biasa, aku sedang duduk bareng anak-anak di kantin. Sudah
gak ada kuliah, tiap hari hanya diisi dengan mengejar dosen, ngerjain revisi
dan nongkrong ketawa ketiwi bareng anak-anak. Sampai akhirnya kamu WA(=read
whatsApp) aku,
“mbaaaaaak, dia
nakal....”
“Suka buka-buka hapeku.. liat-liat galeriku..”
Kaget sih dengan kalimat itu, dari kalimatnya aja nyebut kamu dengan kata
“Dia”, dengan sedikit analisis, aku menyimpulkan dengan cepat kalo itu cewek
dan di buka hape kamu dan bahkan ‘boleh’ kirim pesan ke aku.
Berusaha nutupin semua ekpresi anehku, entah anak-anak menyadari atau
tidak, setidaknya aku masih cukup punya tenaga untuk membendung air mataku(alay
sih, tapi emang aku cengeng banget). Dengan tanpa berfikir panjang dan bertanya
langsung aku bales
“suka kali sama kamu”
Kejadian ini bukan yang aku harapkan setelah sikap cuekmu terhadapk
beberapa hari ini, atau mungkin ini adalah jawaban kenapa kamu cuek dengan ku
beberapa hari ini? Entahlah hanya kamu yang tau.
Jarak yang membentang diantara kita sudah cukup membuatku menguatkan hati
untuk menjalini hubungan ini denganmu, hampir setiap hari kita bertengkar dan
hampir setiap pertengkaran itu diakhiri dengan kalimat yang seakan ingin
memisahkan kata kita dalam hubungan ini. Ditambah lagi aku yang selalu ingin
diperhatikan dan selalu ingin dihubungi terus, hal itu gak sejalan denganmu
yang katamu bukan tipe orang yang seperti itu. Tambah terasa berat rasanya,
apalagi di usia buhungan yang sudah setahun lebih, mungkin sudah akan tumbuh
bibit-bibit bosan itu.
Sehari sebelum hari itu terjadi aku
menahan rasa kecewaku atas cueknya kamu padaku, yang kamu anggap itu biasa aja.
Seharian aku gak nganggu kamu dengan semua pesan gak pentingku yang hanya untuk
memastikan kamu sudah makan atau sekedar ingin menyapamu di sana. Adanya pesan
dari dia itu seakan memecah kesabaran yang sudah aku bangun dengan susah payah,
dia udah ngancurin pikiran positifku ke kamu yang udah aku bikin dengan susah
pasah. Mungkin bagimu itu biasa, tapi enggak buat aku, itu lebih dari biasa.
Menjelang maghrib kamu memberikan jawaban atas tanyaku siang itu. Notif
hapeku berbunyi, dan itu WA dari nomermu, entah siapa lagi sekarang yang pegang
hapemu,
“mbaaak ipaaar, abang loooooh jahat.. bilangono a biar gak ngumpetin hape
ku terusss”
Sempet berfikir itu adekmu, tapi kan kamu gak lagi sama adekmu, lagian adekmu
panggil aku kaka, dan panggil kamu Aa’. Jelas itu bukan adekmu. Akhirnya aku
bertanya siapa dia, dan jawaban dari nomermu entah tangan siapa yang ngetik,
“ini adek angkatnya kakak mbak... jadi pyan mbak iparku.... salam
kenallll...”
‘adek angkat?’ tanyaku dalam hati, apalagi ini? Pikirku. Dan terungkap
sudah ternyata disana kamu punya adek angkat cewek yang boleh pengang hapemu
bahkan ngechat aku. Yah aku fikir posisinya lebih spesial.
Masih teringat jelas malam itu saat kita makan, aku lihat hapemu dan kamu
susah payah mengambilnya dengan sedikit bentakan yang sangat menusukku.
Aku lihat hapemu aja gak dibolehin atau boleh sih tapi dengan nada terpaksa
ngasihnya dan diiringi dengan kalimat “mau lihat apa? Enggak-enggak kalo aku
selingkuh!” dengan nada tinggi yang fikirku itu tanda kalo kamu gak suka
hapenya dilihat-lihat. Kamu juga sering bilang kalu hape itu privasi bagimu
jadi gak boleh untuk dilihat-lihat bahkan aku juga gak boleh ngelihatnya,
megang apalagi buat ngechat orang dengan tanpa ijinmu.
Dan sekarang kau jauh dariku, dan tiba-tiba hapemu dipegang orang dan
ngechat aku yang statusnya pacarmu. Andai aku bisa seperti itu juga mungkin
sakit hati ini gak akan sedalam ini.
Aku memang bukan seorang cewek yang cantik, mandiri, dewasa seperti apa
yang selalu kamu tuntut ke aku. Wajar lah kalo aku berfikir dia sekarang yang
sudah bisa menggeser sedikit posisiku di hatimu.
Mungkin sekarang sudah ada yang bisa membangunkanmu di pagi hari, seperti
waktu itu semoga kamu masih ingat awal dari kedekatan kita.
Dia yang notabene nya temen magangmu yang pasti setiap hari ketemu, ya
sepeti kita dulu, aku temen satu kelompok pengabdian masyarakatmu yang bisa di
bilang resek.
Mungkin sekarang sudah ada yang kamu boncengin lagi, seperti aku dulu.
Ingatkah kau?
***
me