Laporan KKL di Materia Medika Batu

Cemara Kipas(Thuja orientalis)
Gambar 1. Daun cemara kipas(Thuja orientalis)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
   Divisi : Coniverophyta
      Kelas :Pinopsida
         Ordo : Pinales
            Famili : Cupresaceae
               Genus: Thuja
                  Spesies: Thuja orientalis L.
Morfologi
Cemara kipas(Thuja orientalis) ini mempunyai akar tunggang yang berwarna putih kekuningan. Batang dari tanaman ini berbentuk bulat dan mempunyai banyak cabang, permukaannya kasar dan berwarna coklat. Arah tumbuh batang tegak lurus(erectus), yaitu tegak lurus keatas. Thuja oientalis ini mempunyai daun yang mengerucut kesamping, bersisik dan membentuk kipas. Daunnya termasuk daun majemuk pipih berseting dan berwarna hijau tua. Menurut Komandoko(2008), bunga dari thuja orientalis ini merupakan bunga tunggal di ketiak daun, berumah satu. Bunga betina berbentuk lonceng, di dasar cabang, dan bunga jantan berbantuk cawan bertangkup dua, diujung cabang dan berwarna hijau. Tanmaan ini merupakan tanaman dengan bentuk bunga tunggal(Planta uniflora) yaitu tumbuh menghasilkan satu bunga saja. Pada saat pengamatan bunga dari Thuja orientalis ini tidak ada. Morfologi dari bentuk buah di kutip dari pendapat Tjitrosuepomo(2005), tanaman cemara kipas mempunyai buah kotak, bulat keras, garis tengah 5-8 mm dan berwarna coklat. Buah yang kotak merupakan buah sejati tunggal yang mengandung banyak biji, jika masak maka buah akan pecah, tetapi kulit buah yang pecah masih melekat di tangkai buah dalam waktu yang lama.
Kandungan kimia
Daun cemara kipas mengandung saponin, dan polifenol. Akranya mengandung saponin, flafonoida dan tannin. Buahnya mengandung flafonoida.
Kasiat obat
Tanaman ini diidentifikasi debagai obat kudis oleh suku Indian asli di Kanada pada abad ke-6. Juga berkasiat untuk mengobati penyakit salesma brongkia, enuresis, cystitis, psoriasis, karsinoma uterus, amenore, dan rematik. Kemudian daunnya berkasiat untuk obat demam, batuk dan mencret.
Pengolahan
Untuk obat sakit demam dipakai ±10 gram daun kering, keudian direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih selama 15 menit, didinginkan dan disaring. Hasil saringan tersebut dibagi dua, untuk diminum pagi dan sore.




Dewandaru/Nagasari(Messua ferrea L.)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo: Malphighiales
Famili: Calophyllaceae
Genus: Mesua
Spesies: Messua ferrea L.
Morfologi
a.
Gambar 2. Daun nagasari(Messua ferrea L.)(kiri atas), bunga nagasari(Messua ferrea L.)(kanan atas) dan biji nagasari(Messua ferrea L.)(bawah)
Tumbuhan Messua ferrea L.(M. ferrea)mempunyai pohon yang besar dengan ketinggian hingga 30 m, diameter dapat mencapai 120 cm. batangnya lurus, bulat torak dengan banir tipis, lebar. Kayunya coklat kemerahan, mengkilat. Daunnya tunggal sempit memanjang(dapat mencapai 15 cm), berwarna hijau gelap dan bagian sisi bawahnya agak keputihan, daun mudanya lunglai, berwarna merah sampai merah muda kekuningan. Bunga berdiameter 4–7,5 cm diameter, dengan empat petal dan banyak benang sari di tengahnya. Buahnya hijau memanjang.
Kandungan
Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam biji nagasari, diantaranya saponin, minyak lemak, asam damar beracun, zat pahit, flavonoid, dan tannin. Kulit batangnya mengandung saponin, minyak lemak, asam damar beracun, zat pahid, flavonoid, polifenol dan tannin. Benang sarinya mengandung minyak terbang, zat samak dan zat pahit. Sementara, daunnya mengandung saponin, minyak lemak, asam damar, zat pahit dan polifenol.
Kasiat obat
Efek frakmakologis nagasari, diantaranya antipiretik, anti-inflamasi, dan anti-bakteri. Bunganya untuk diare, ekspektoran, dan penyakit jiwa. Biji nagasari mengobati eksim, rematik dan kelenjar gondok, dan benang sarinya untuk menurunkan demam.
Pembuatan simplisia

Pengolahan
Berikut berbgai pengolahan sesuai dengan indikasi dan kebutuhan.
1.      obat koreng, dibersihkan 20 gr biji nagasari kering, kemudian dibakar hingga menjadi arang. Ditumbuh sampai halus, kemudian ditambahkan air sampai lembek, lalu ditempelkan pada bagian tubuh yang sakit dan dibungkus dengan kain bersih.
2.      diare, ekspektoran dan penyakit jiwa, dicuci 7 tangkai nagasari, direbus dengan 3 gelas air sampai menjadi satugelas. Didinginkan, kemudian disaring air rebusan, diminum sekali dalam sehari.
3.      eksim dan rematik, dibersihkan 20 gr biji nagasari kering, dibakar sampai menjadi arang, kemudian ditumbuk sampai halus dan ditambahkan air sampai lembek. Lalu ditempelkan pada bagian tubuh yang sakit dan dibalut dengan kain bersih. Dilakukan sekali sehari.
4.      kelenjar gondok, ditumbuk halus 20 gr intibiji nagasari dan ditempelkan pada bagian tubuh yang bengkak.
Pembuatan simpisia
Tahapan pembuatan simplisia secara umum sebagai berikut:
1.      pegumpulan bahan baku, kadar senyawa aktif dalam simplisia tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh. Jika penanganan ataupun pengolahan simplisia tidak benar maka mutu produk yang dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat menimbulkan toksik apabila dikonsumsi.
2.      Sortasi basah, dilakukan untuk memisahkan bahan-bahan asing yang tidak berguna atau berbahaya dalam pembuatan simplisia Penyortiran segera dilakukan setelah bahan selesai dipanen, bahan yang mati, tumbuh lumut ataupun tumbuh jamur segera dipisahkan yang dimungkinkan mencemari bahan hasil panen.
3.      Pencucian, Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba yang menempel pada bahan. Pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam simplisia. Pencucian harus menggunakan air bersih, seperti air dari mata air, sumur atau PAM.
4.      Pengubahan bentuk, Pengubahan bentuk dilakukan bertujuan untuk memperluas permukaan sehingga lebih cepat kering tanpa pemanasan yang berlebih. Pengubahan bentuk dilakukan dengan menggunakan pisau tajam yang terbuat dari bahan steinles.
5.      Pengeringan, Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan (cepat), dan luas permukaan bahan. suhu pengeringan bergantung pada simplisia dan cara pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan antara suhu 30o-90o C.
Pengeringan dilakukan untuk mengeluarkan atau menghilangkan air dari suatu bahan dengan menggunakan sinar matahari. Cara ini sederhana dan hanya memerlukan lantai jemur. Simplisia yang akan dijemur disebar secara merata dan pada saat tertentu dibalik agar panas merata. Cara penjemuran semacam ini selain murah juga praktis, namun juga ada kelemahan yaitu suhu dan kelembaban tidak dapat terkontrol, memerlukan area penjemuran yang luas, saat pengeringan tergantung cuaca, mudah terkontaminasi dan waktu pengeringan yang lama. Dengan menurunkan kadar air dapat mencegah tumbuhnya kapang dan menurunkan reaksi enzimatik sehingga dapat dicegah terjadinya penurunan mutu atau pengrusakan simplisia. Secara umum kadar air simplisia tanaman obat maksimal 10%.
Pengeringan dapat memberikan keuntungan antara lain memperpanjang masa simpan, mengurangi penurunan mutu sebelum diolah lebih lanjut, memudahkan dalam pengangkutan, menimbulkan aroma khas pada bahan serta memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.
6.      Sortasi kering Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda asing, seperti bagian-bagian yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal.

7.      Penyimpanan, Setelah bersih, simplisia dikemas dengan menggunakan bahan yang tidak berracun/tidak bereaksi dengan bahan yang disimpan. Pada kemasan diberi dicantumkan nama bahan dan bagian tanaman yang digunakan. Tujuan pengepakan dan penyimpanan adalah untuk melindungi agar simplisia tidak rusak atau berubah mutunya karena beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Simplisia disimpan di tempat yang kering, tidak lembab, dan terhindar dari sinar matahari langsung.

Popular posts from this blog

Makalah Kelas Osteichthyes

Makalah Anatomi Bunga

Makalah Etnobotani Pemanfaatan Tanaman sebagai Sandang