Laporan KKL Pembuatan Gula dan Spiritus dan pengolahan Limbah di PS-PG Madukismo dan Kunjungan di LIPI Gunung Kidul Yogyakata
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kuliah kerja lapangan (KKL) merupakan salah satu upaya atau
program yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memantapkan
potensinya, hal ini dilaksanakan dalam rangka menyiapkan dan meningkatkan mutu
menjadi seorang peneliti.
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini juga merupakan suatu kegiatan yang
berhubungan dengan perkuliahan / pembelajaran kampus, namun lebih cenderung
pada peninjauan langsung ke lapangan yang bisa berupa pengamatan atau mencari
informasi. Kuliah semacam ini merupakan program yang wajib dilaksanakan agar
para mahasiswa tidak hanya mengenal pelajaran / mata kuliah dalam kelas,namun
terjun langsung ke lapangan untuk melakukan peninjauan , pemahaman ,
pembelajaran , dan pengamatan terhadap lingkungan yang berhubungan dengan
materi perkuliahan. Hal tersebut dilakukan dengan
harapan agar mahasiswa lebih mengenal beberapa hal penting di lapangan yang
masih ada hubunganya dengan perkuliahan dalam kelas. Tentu perkuliahan kelas
akan berhubungan dengan lingkungan sekitar sebagai aspek eksternal.
Kuliah Kerja Lapangan ( KKL) juga akan memberi pengalaman nyata
terhadap Mahasiswa dalam hal ini Program Studi Teknik Instrumentasi Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang semester II tahun akademik 2013/2014 dengan kegiatan KKL di PS-PG
Madukismo dan LIPI Gunungkidul, Yogyakarta.Dengan kunjungan tersebut Mahasiswa
peserta KKL dapat saling berbagi tentang berbagai
teknik dan laboratorium disana. Mahasiswa juga termotivasi untuk
mengembangkan diri.
Rangkaian seluruh kegiatan yang telah ditempuh oleh mahasiswa
diharapkan dapat menghasilkan
pengetahuan yang dapat dipraktekkan guna mendorong kemajuan dan pengembangan
perkuliahan.
1.2 Identifikasi
Masalah
Identifikasi
Masalah dalam makalah laporan KKL ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana proses pembuatan gula dan spiritus di PS-PG Madukismo
Yogyakarta?
2.
Bagaimana Pengolahan Limbah di PS-PG Madukismo?
3.
Bagaimana Struktur organisasi yang ada di LIPI Gunungkidul
Yogyakarta?
4.
Apa saja laboratorium yang ada di LIPI Gunungkidul Yogyakarta?
5.
Apa produk yang dihasilkan LIPI Gunungkidul Yogyakarta?
1.3 Tujuan Laporan
KKL
Berdasarkan
Iidentitas masalah di atas, tujuan laporan KKL ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui proses pembuatan gula dan spiritus di PS-PG
Madukismo Yogyakarta
2.
Untuk mengetahui Pengolahan Limbah di PS-PG Madukismo
3.
Untuk mengetahui struktur organisasi yang ada di LIPI Gunungkidul
Yogyakarta
4.
Untuk mengenal laboratorium yang ada di LIPI Gunungkidul Yogyakarta
5.
Untuk mengetahui produk yang dihasilkan LIPI Gunungkidul Yogyakarta
1.4 Kegunaan
Laporan KKL
Kegunaan laporan KKL ini adalah untuk menambah
wawasan mengenai cara pembuatan gula dan spiritus serta pengolahan limbah di
PS-PG Madukismo. Selain itu kunjungan di LIPI akam menambah wawan mahasiswa
tentang laboratoriun dan produk yang dihasilkan oleh LIPI Gunungkidul.
1.5 Kerangka
Pemikiran
Kegiatan ini
dilaksanakan bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan
tambahan tentang Industri dan teknologi di bidang Industri terkait teknik
instrumentasi yang didapatkan di luar kampus sebagai upaya mendekatkan perguruan
tinggi dengan lembaga penelitian dalam menghasilkan sarjana sains biologi yang
dapat menjadi “Rahmatan Lil alamin”. KKL dilaksanakan di PG-PS Madukismo dan
LIPI gunung kidul Yogyakarta. Penulisan ini didasarkan pada sistematika
penulisan yang telah ditentukan dan berwujud laporan ini.
1.6 Metode
Penelitian
Penulisan laporan ini
berdasarkan data-data hasil pengamatan. Dalam pengumpulan data, penulis
menggunakan metode penelaahan seperti dibawah ini:
1. Metode Observasi
Penulis mengadakan kunjungan langsung ke PS-PG Madukismo dan LIPI
Gunungkidul, Yogyakarta. Di sana penyusun mengadakan observasi mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan proses pembuatan gula dan observasi laboratorium yang ada
di LIPI .
2. Metode Wawancara
Penulis mengadakan wawancara dengan karyawan PS-PG. Madukismo secara
langsung mengenai proses pembuatan gula dan spiritus serta pengolahan
limbahnya. Penulis juga mendapat penyuluhan mengenai produk-produk yang
dihasilkan di LIPI Gunungkidul.
3. Metode Studi Pustaka
Untuk melengkapi data-data dari hasil observasi dan wawancara, penyusun
juga melakukan studi literatur atau telaah buku. penulis mempelajari berbagai
sumber dan memadukannya dalam kesatuan pemikiran.
1.7 Lokasi dan Waktu KKL
Kuliah Kerja Lapangan
Jurusan Biologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malam dilaksanakan di dua tempat,
yaitu PS-PG Madukismo dan LIPI Gunungkidul Yogyakarta, pada tanggal 16-17 April
2014.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. PG-PS
Madukismo
2.1.1
Sejarah dan Perkembangan
PG-PS Madukismo adalah
satu-satunya pabrik gula dan pabrik alkohol/spirtus di propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta yang mengemban tugas untuk
mensukseskan program pengadaan pangan Nasional, khususnya Gula Pasir. Sebagai
Perusahaan padat karya banyak menampung tenaga kerja dari Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Perusahaan ini dibangun tahun 1955 atas prakarsa Sri
Sultan Hamengkubuwono IX yang diresmikan oleh presiden RI Pertama Ir. Soekarno.
Pabrik Gula mulai memproduksi tahun 1958 dan Pabrik Spritus mulai memproduksi
tahun 1959.
PT Madu Baru dibangun di atas lokasi Bangunan Pabrik
Gila Padokan ( satu diantara dari 17 Pabrik Gula di Daerah Istimewa Yogyakarta
yang dibangun Pemerintah belanda, tetapi di bumi hanguskan pada masa Pemerintah
Jepang ), yang terletak di Desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan
Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta.
Status dari perusahaan ini adalah Perseroan Terbatas,
didirikan tanggal 14 Juni 1955 diberi nama: “Pabrik-Pabrik Gula Madu Baru PT”(
P2G Madu Baru PT ), memiliki dua pabrik :
Ø
Pabrik Gula ( PG )
Madukismo
Ø
Pabrik Alkohol/Spirtus
( PS ) Madukismo
Pada awal berdiri perusahaan ini pemilik saham 75%
adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX sedangkan 25%nya adalah milik pemerintah
RI ( Departemen Pertanian RI ). Saat ini telah dirubah menjadi 65% milik Sri
Sultan Hamengku Buwono X dan 35% milik Pemerintah ( dikuasai kepada PT.
Rajawali Nusantara Indonesia, sebuah BUMN ).
2.1.2 visi dan Misi
Visi :
PT Madu Baru menjadi perusahaan agro industri yang unggul di Indonesia
dengan petani sebagai mitra sejati.
Misi :
·
Menghasilkan gula dan etanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan
masyarakat dan industri di Indonesia
·
Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah
lingkungan, dikelola secara profesional dan inovatif memberikan pelayanan yang
prima kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan dengan petani
·
Mengembangkan produk atau bisnis baru yang mendukung bisnis inti
·
Menempatkan karyawan dan stackholder lainnya sebagai bagian terpenting
dalam proses penciptaan keunggulan produksi dan pencapaian shareholder value
2.1.3 Bidang
Usaha
Perusahaan ini memiliki
usaha di bidang produksi utama dan sampingan. Produksi utamanya berupa gula
pasir dengan kualitas SHS IA ( Superior Head Sugar ) atau GKP ( Gula Kristal
Putih ). Mutu produksi dipantau oleh P3GI Pasuruan ( Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia ). Sedangkan produk
sampingannya berupa:
·
Alcohol murni (kadar
95%)
·
Spiritus bakar (kadar
94%)
2.2. LIPI
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (disingkat LIPI) merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian Republik
Indonesiayang
dikoordinasikan oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi.
2.2.1. Sejarah
Kegiatan
ilmiah di Indonesia dimulai pada abad ke-16 oleh Jacob Bontius, yang
mempelajari flora Indonesia dan Rompiusdengan karyanya yang terkenal berjudul
Herbarium Amboinese. Pada akhir abad ke-18 dibentuk Bataviaasch Genotschap van
Wetenschappen. Dalam tahun 1817, C.G.L. Reinwardt mendirikan Kebun Raya Indonesia
(S\'land Plantentuin) di Bogor. Pada tahun 1928 Pemerintah Hindia Belanda
membentuk Natuurwetenschappelijk Raad voor Nederlandsch Indie. Kemudian tahun
1948 diubah menjadi Organisatie voor Natuurwetenschappelijk onderzoek
(Organisasi untuk Penyelidikan dalam Ilmu Pengetahuan Alam, yang dikenal dengan
OPIPA). Badan ini menjalankan tugasnya hingga tahun 1956.
Pada
tahun 1956, melalui UU no. 6 tahun 1956 pemerintah Indonesia membentuk Majelis
Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) dengan tugas pokok:
1. Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2. Memberi pertimbangan kepada pemerintah dalam hal
kebijaksanaan ilmu pengetahuan.
Kemudian
pada tahun 1962 pemerintah membentuk Departemen Urusan Riset Nasional (DURENAS)
dan menempatkan MIPI didalamnya dengan tugas tambahan: membangun dan mengasuh
beberapa Lembaga Riset Nasional. Dan tahun 1966 pemerintah mengubah status
DURENAS menjadi Lembaga Riset Nasional (LEMRENAS).
Pada
bulan Agustus 1967 pemerintah membubarkan LEMRENAS dan MIPI dengan SK Presiden
RI no. 128 tahun 1967, kemudian berdasarkan Keputusan MPRS no. 18/B/1967
pemerintah membentuk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan menampung
seluruh tugas LEMRENAS dan MIPI, dengan tugas pokok sebagai berikut:
1. Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berakar di Indonesia agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat
Indonesia pada khususnya dan umat manusia pada umumnya.
2. Mencari kebenaran ilmiah di mana kebebasan ilmiah,
kebebasan penelitian serta kebebasan mimbar diakui dan dijamin, sepanjang tidak
bertentangan dengan Pancasiladan UUD 1945.
3. Mempersiapkan pembentukan Akademi Ilmu Pengetahuan
Indonesia (sejak 1991 tugas pokok ini selanjutnya ditangani oleh Menteri Negara
Riset dan Teknologi dengan Keppres no. 179 tahun 1991).
Sejalan
dengan perkembangan kemampuan nasional dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, organisasi lembaga-lembaga ilmiah di Indonesia telah pula mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Oleh sebab itu dipandang perlu untuk mengadakan
peninjauan dan penyesuaian tugas pokok dan fungsi serta susunan organisasi LIPI
sesuai dengan tahap dan arah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
Keppres no. 128 tahun 1967, tanggal 23 Agustus 1967 diubah dengan Keppres no.
43 tahun 1985, dan dalam rangka penyempurnaan lebih lanjut, tanggal 13 Januari
1986 ditetpkan Keppres no. 1 tahun 1986 tentang Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, dan terakhir dengan Keppres no. 103 tahun 2001
2.2.2.
Kewenangan
Dalam hubungannya dengan konservasi lingkungan hidup, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia berwenang
untuk memberikan rekomendasi kepada pemerintah RI tentang penetapan daftar klasifikasi,
kuota penangkapan dan perdagangan termasuk ekspor, reekspor, impor, introduksi dari laut, semua spesimen tumbuhan dan satwa liar; memonitor izin perdagangan dan realisasi perdagangan, serta memberikan rekomendasi kepada pemerintah tentang pembatasan pemberian izin perdagangan
tumbuhan dan satwa liar berdasarkan evaluasi secara biologis; dan bertindak sebagai pihak yang independen
memberikan rekomendasi terhadap konvensi internasional di bidang konservasi
tumbuhan dan satwa liar.
2.2.3.
Keorganisasian LIPI
LIPI dipimpin oleh seorang kepala, dibantu dengan wakil kepala. Kemudian
juga ada sekretaris utama. Dalam LIPI terdapat beberapa deputi, yaitu:
·
Kedeputian Ilmu
Pengetahuan Kebumian
v
UPT Loka Konservasi
Biota Laut Tual - Maluku (UPT LKBL Tual)
v
UPT Loka Konservasi
Biota Laut Biak - Papua (UPT LKBL Biak)
v
UPT Balai Konservasi
Biota Laut Ambon (UPT BKBL Ambon)
v
UPT Loka Pengembangan
Kompetensi Sumber Daya Manusia Oseanografi Pulau Pari - Jakarta (UPT LPKSDMO
Pulau Pari)
v
UPT Loka Pengembangan
Bio Industri Laut Mataram - Lombok Barat (UPT LPBIL Mataram)
v
UPT Balai Informasi dan
Konservasi Kebumian Karangsambung - Kebumen (UPT BIKK Karangsambung)
v
UPT Loka Uji Teknik
Penambangan Jampang Kulon - Sukabumi (UPT LUTP Jampang Kulon)
v
UPT Loka Uji Teknik
Penambangan dan Mitigasi Bencana Liwa - Lampung Barat (UPT LUTPMB Liwa)
·
Kedeputian Ilmu
Pengetahuan Hayati
v
PKT Kebun Raya
Bogor
·
Kedeputian Ilmu
Pengetahuan Teknik
·
Kedeputian Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan
·
Kedeputian Jasa Ilmiah
Ø
Pusat Kalibrasi,
Instrumentasi dan Metrologi (P2 KIM)
Ø
Pusat Inovasi
v
UPT LIPI Press
·
Inspektorat
BAB
III
OBJEK
KKL
3.1
PS-PG Madukismo
3.1.1
Sejarah PS-PG Madukismo
Pabrik Gula
Madukismo adalah satu-satunya pabrik Gula dan
Alkohol/Spirtus di Propinsi DIY. Pabrik ini
mengemban tugas untuk mensukseskan
program pengadaan pangan Nasional, khususnya gula pasir.
Pabrik gula dan Alkohol/Spirtus
Madukismo terletak di Kalurahan Tirtonimolo,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut sejarah singkat PS-PG Madukismo:
Dibangun : 1955
Atas
prakarsa : Sri Sultan Hamengkubuwono
IX
Diresmikan : 29 Mei 1958 oleh Presiden Ir.
Soekarno
Mulai
produksi : pabrik gula tahun 1958
Pabrik
spritus : 1959
Kontraktor
utama : Machine Fabriek Sangerhausen,
Jerman Timur
Status
perusahaan : Perseroan terbatas,
didirikan 14 juni 1955.
Diberi nama :
Pabrik - Pabrik Gula Madubaru PT.
(P2G. Madubaru PT), Memiliki 2 pabrik: Pabrik
Gula (PG) Madukismo, Pabrik Alkohol atau Pabrik Spiritus (PS) Madukismo
Pemilik saham : Awal berdiri 75% milik Sri Sultan
Hamengkubuwana IX, 25% milik pemerintah RI. Saat ini dirubah menjadi 65% milik
Sri Sultan Hamengkubuwono X, 35% milik pemerintah RI.
3.1.2
Kronologis status perusahaan dan perubahan manajemen.
1955 -1962 : Perusahaan swasta PT.
1962-1966 : Bergabung dengan perusahaan negara
dibawah BPU-PPN (Badan Pimpinan Umum-Perusahaan Negara), karena adanya polisi
pemerintah RI yang mengambil alih semua perusahaan di Indonesia.
1966 : BPU-PPN bubar PT. Madubaru
memilih perusahaan swasta.
1966-1984 : PT. Madubaru menjadi perusahaan swasta
dengan susunan direksi yang dipimpin Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai
presiden direktur.
4 maret 1984 - 24
Februari 2004: diadakan kontrak management dengan PT. Rajawali Nusantara
Indonesia (RNI).
24 ebruari 2004 : PT
Madubaru menjadi perusahaan mandiri
3.1.3
Produksi
A. Produksi Utama ( dari
PG. Madukismo )
Gula pasir dengan kualitas SHS IA (Superior Head Sugar) atau GKP (Gula
Kristal Putih). Mutu produksi di pantau oleh P3GI Pasuruan (Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia).
B. Produksi Samping ( dari PS. Madukismo )
- Alkohol murni ( kadar minimal
95% )
- Spiritus bakar ( kadar
94% )
Mutu dipantau oleh balai penelitian kimia departemen perindustrian dan PT.
Sucoffindo Indonesia
3.2 LIPI Gunungkidul
Yogyakarta
3.2.1
Sejarah LIPI Gunungkidul Yogyakarta
Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan
Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT
BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia
(BPPTK).
UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta
merupakan satuan kerja yang dibentuk dengan peleburan ex UPT Bahan Baku dan
Olahan Kimia (BBOK) LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan
Yogyakarta. Bagian dari UPT BBOK LIPI yang berkedudukan di Lampung merupakan
satuan kerja terbesar di antara ketiga satuan kerja di atas. Kegiatan utama
dari satuan tersebut adalah pertanian. Kegiatan utama satuan kerja yang berada
di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan pada pengembangan teknologi
pengolahan pangan. Sub-satuan kerja yang berada di Bandung merupakan pusat
kegiatan administrasi dan beberapa percobaan laboratorium.
Pembentukan UPT
Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia pada dasarnya merupakan peleburan
ketiga sub-satuan kerja dari 3 lokasi dengan penekanan kegiatan yang berbeda
dapat menimbulkan dampak. Dampak tersebut perlu segera diantisipasi agar satuan
kerja yang baru dapat menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya secara optimal.
Tugas pokok UPT BPPTK mengacu pada LIPI yang memiliki tiga tanggung jawab,
yaitu:
1. kepada dunia ilmu
pengetahuan
2. kepada masyarakat
3. kepada pemegang
kepentingan (stakeholders)
Penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi menjadi faktor penting dengan penekanan pada
pengembangan riset terapan untuk kepentingan masyarakat luas demi meningkatkan
kemampuan berkompetisi di era globalisasi dan pasar bebas. Pemantapan
organisasi UPT BPPTK LIPI untuk mengemban tanggung jawab tersebut adalah sangat
penting dilakukan oleh karena itu disadari perlu adanya sinergisme antar program,
antar proyek dan antar kegiatan. Namun demikian program/kegiatan tersebut harus
mempunyai fokus yang jelas dan tegas.
UPT BPPTK sebagai salah
satu unit eselon III di dalam organisasi LIPI menyusun Rencana Implementatif
yang memuat visi, misi, sasaran, strategi, kebijakan dan arahan program selama
5 tahun ke depan, yaitu tahun 2010 – 2014 untuk mengikuti, merespon dan
mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang muncul baik di
dalam maupun di luar negeri yang memerlukan pendekatan holistik dan berjangka
panjang.
Lokasi UPT BPPTK LIPI
Yogyakarta ada dua yaitu Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul
yang berjarak sekitar 31,5 km dari Yogyakarta dan Desa Tirtonirmolo, Kecamatan
Kasihan, Kabupaten Bantul
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 PS-PG Madukismo
4.1.1 Proses Pembuatan Gula
A. Pasca Panen
Tebu dipanen setelah cukup masak,
dalam arti kadar gula(sakarosa) maksimal, dan kadar gula pecahan(monosakarida)
minimal. Untuk itu dilakukan analisa pendahuluan untuk mengetahui faktor kemasakan,
koefesiensi daya tahan dan lain-lain. Ini dilakukan kira-kira 1,5 bulan sebelum
giling dimulai tebu diangkat dari kebun dengan truck atau roli tebu.
Pelaksanaan tebang bisa dilaksanakan petani sendiri atau diserahkan pabrik
dengan biaya oleh petani sesuai kesepakatan dalam FMPG ( Forum Musyawarah
Produksi Gula ). Beberapa KUD yang mandiri telah dapat melaksanakan tebang
angkut sendiri. Kapasitas tebang harus sama dengan kapasitas giling agar tidak
terjadi stagnasi di emplasement yang akan menurunkan rendemen, dan sebaliknya
kekurangan tebu akan menyebabkan berhenti giling, produksi ampas berkurang,
sehigga perlu subleksi BBM untuk bahan bakar stasiun boiler, jumlah tebu
ditebang per hari sekitar 3000 ton, alat transportasinya 80% menggunakan truck
20% dengan lori.
B. Proses
Pengolahan di PG Madukismo
a. Pemerahan Nira
(Extraction)
Tebu setelah ditebang dikirim ke
stasiun gilingan (ekstraksi). Untuk dipisahkan antara bagian padat (ampas)
dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah) melalui alat-alat berupa
unigrator mark IV digabung dengan 5 gilingan, masing-masing terdiri atas 3 rol
dengan ukuran “36x 64”.
Ampas yang diperoleh sekitar 30% tebu
untuk bahan bakar tebu distasiun ketel (pusat tenaga), sedangkan nira mentah
akan dikirim ke stasiun pemurnian untuk proses lebih lanjut. Untuk mencegah
kehilangan gula karena bakteri dilakukan sanitasi distasiun gilingan.
b.
Pemurnian
Nira
Madukismo menggunakan sistem
sulfitasi. Nira mentah ditimbang, dipanaskan 70º-75º c, direaksikan dengan susu
kapur dalam defekator, dan diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi
sampai pH 7 kemudian dipanaskan lagi sampai suhu 100º-105ºc. Kotoran yang
dihasilkan diendapkan dalam peti pengendap (dorr clarifier) dan disaring
menggunakan rotary vacum filter (alat penapis hampa). Endapan padatnya
(blothong) digunakan sebagai pupuk organik. Kadar gula dalam blothong ini
dibawah 2%. Nira jernihnya dikirim ke satasiun penguapan.
c.
Penguapan
Nira
Nira jernih
dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem Quadruple Effect, yang disusun
secara interchangeable agar dapat dibersihkan secara bergantian. Nira encer
dengan padatan terlarut 16% dapat dinaikkan menjadi 64% dan disebut nira
kental, yang siap dikristalkan di stasiun kristalisasi/stasiun masakan. Total
luas bidang pemanas 5990 m VO. Nira kental yang berwarna gelap ini diberi gas
SO2 sebagai bleaching/pemucatan, dan siap untuk dikristalkan.
d. Kristalisasi
Nira kental dari
stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam pan kristalisasi sampai lewat jenuh
hingga timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu ACD, dimana gula A
sebagai gula produk, gulaC dan D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian
lagi dilebur untuk dimasak lagi. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan vacum
sebesar 65 CmHg , sehingga suhu didihnya hanya 65ºC, jadi sakarosa tidak rusak
akibat kena panas tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan
larutan (stroop). Sebelum dipisahkan di stasiun puteran, gula lebih dahulu
didinginkan di dalam palung pendingin (kultrog).
e. Puteran gula (
Centripuge )
Alat ini
bertugas memisahkan gula dengan larutannya (stroop) dengan gaya sentrifugal.
f. Penyelesaian dan Gudang
Gula
Dengan alat
penyaring gula, gula SHS dari puteran SHS dopisahkan antara gula halus, gula
kasar dan gula normal dikirim ke gudang gula dan dikemas dalam karung plastik
(polipropoline), kapasitas 50 kg netto. Produksi gula perhari tergantung dari
rendemen gulanya, kalau rendemen 8% maka pada kapasitas 3000 tth di peroleh
gula 2400 ku atau 4800 sak.
g. Pembangkit Tenaga Uap
atau Tenega Listrik
Sebagai
penghasil tenaga uap di gunakan 5 buah ketel pipa air newmark @ 6 ton/jam
masing-masing 440 m² VO dengan tekanan kerja 15 kg/cm dan 1 buah ketel
cheng-chen kapasitas 40 ton/jam. Uap yang dihasilkan dipakai untuk menggerakkan
alat-alat berat, memanaskan dan menguapkan nira dalam pan penguapan, serta
untuk pembangkit tenega listrik.
Sebagai bahan bakar di pakai ampas tebu yang mengandung kalori sekitar 1800
kkl/kg dan kekurangannya ditambah dengan BBM
h. Kualitas Produksi Gula
Kualitas gula produksi PG. Madukismo masuk klasifikasi SHS IA.
Tabel 1. Analisis Gula
Analisa
|
PG.
Madukismo
|
Standard
P3GI
|
Nilai remisi
direduksi
|
70,20
|
70,00
|
Besar jenis butir
(mm)
|
1,05
|
0,9-1,10
|
Kadar air (%)
|
0,08
|
0,10
|
Polarisasi
|
99,96
|
99,80
|
4.1.2 Proses Pengolahan
Spiritus/Alkohol di PS. Madukismo
Didirikan bersama-sama PG. Madukismo pada tahun 1955
dengan kontraktor dari jerman timur dan mulai berproduksi 1959 (1 tahun setelah
PG. berproduksi). Bahan bakunya tetes tebu (Molasses), yang merupakan hasil
samping dari PG. Madukismo. Proses yang dipakai adalah peragian (Fermentasi)
dan ragi yang dipakai Sacharomyces Cereviceae. Enzim yang dihasilkan oleh ragi
ini mengubah gula yang masih ada dalam tetes menjadi alkohol dan gas CO2.
A. Reaksi Kimia
Saccarosa dihidrolisa menjadi glukosa
C12H22O11 + H2O→2C6H12O6
Glukosa bereaksi menjadi alkohol+gas CO2
C6H12O6→2C2 H5 OH+
2CO2→alkohol
B. Alkohol dibedakan atas
dasar kualitas:
1. Alkohol teknis : yang
masih mengandung aldehide,kadar ± 94℅ digunakan untuk membuat spiritus bakar.
2. Alkohol murni: inimal
kadar 95℅ bisa dipakai pada industry farmasi, kosmetik dan lain-lain.
3. Hasil samping: minyak
fusel ( amlaamyl alcohol )
4. Pemakaian tetes:
rata-rata 1 hari 900 kwt
5. Produksi rata-rata
25.000 l alcohol/24 jam, terdiri dari (90℅ alcohol murni, 10℅alk0hol teknis).
6. Rendemen :27,0℅ l
alcohol/kwt tetes
C. Proses Produksi terdiri
dari 3 tahap:
a. Masakan
Tetes diencerkan dengan
air sampai kadar tertentu dan ditambah nutrisi untuk pertumbuhan ragi sebagai
sumber Nitrogen dipakai pupuk urea dan sebagai sumber pospor dipakai pupuk NPK,
PH diatur sekitar 4,8 dengan H2SO4 agar tidak terjadi
kontaminasi dari bakteri lain.
b. Peragian
Peragian dilaksanakan
mulai volume3.010,18000 liter dan 75000 liter, waktu peragian utama berkisar
50-60jam dan kadar alcohol disampai antara 9℅ sampai 10℅.
c. Penyulingan
Adonan yang telah
selesai diragikan , dipisahkan alkoholnya (disuling) didalam pesawat
penyulingan yang terdiri dari 4 kolom dan penyulingan dilakukan dengan
mengunakan tenega uap dengan tekanan 0,5 kg/cm2 suhu 120ºC.
1.
Kolom Maische
Alcohol kasar kadar ±
45℅→masuk kolom vorloop
Hasil bawah: vinase
dibuang
2.
Kolom Voorloop
Hasil atas: alkohol
teknis kadar: 94℅ masih mengandung aldehide, ditampung sebagai hasil.
Hasil bawah: alkohol
muda kadar ± 25℅→masuk kekolom rektifiser
3.
Kolom Rektifiser
Hasil atas: alkohol
murni (prima 1) kadar minimal 95℅ ditampung sebagai hasil.
Hasil tengah: alkohol
muda yang mengandung minyak fusel, masuk kolom nachloop.
Hasil bawah: lutter
waser, air yang bebas alcohol, kadang-kadang bila perlu sebagian digunakan
untuk menambah kolom voorloop sebagai bahan penyerap alcohol dan sebagian
dibuang.
4.
Kolom Nachloop
Hasil atas: alkohol
teknis kadar 94℅ ditampung sebagai hasil.
Hasil bawah: air yang
bebas alkohol, dibuang .
Minyak fusel (Amyl
Alkohol) merupakan hasil samping pabrik sepiritus, ini biasa digunakan untuk
bahan baku pembuatan Essence (Amylacetat).
4.1.3 Proses Pengolahan
Limbah
PG. / PS. Madukismo telah menyusun dokumen
amdalnya dan telah mendapat persetujuan dari pembinanya, sebagai berikut :
PG.
Madukismo : KA-SEL, SEL,
RKL dan RPL.
Disetujui
oleh
: departemen pertanian RI.
PS. Madukismo
: PEL, RKL dan RPL.
Disetujui oleh departemen perindustrian RI
4.1.3.1 Jenis Limbah Industri yang Dihasilkan PG.Madukismo
1.
Limbah Padat
a. Pasir/ lumpur berupa
kotoran yang dibawa oleh nira mentah.
b. Abu ketel uap merupakan
sisa pembakaran di stasiun ketel uap .
c. Debu/ longes dari ketel
uap merupakan debu hitam yang keluar lewat cerobong asap.
d. Blothong merupakan
endapan kotoran dari nira tebu yang terjadi di stasiun pemurnian nira.
2.
Limbah Cair
a. Bocoran minyak pelumas
berasal dari pelumas mesin – mesin di stasiun gilingan dan pelumas yang terbawa
pada air cucian kendaraan garasi pabrik.
b. Limbah soda berasal
dari cucian pan – pan penguapan di pabrik gula yang kandungan COD dan BOD nya
cukup tinggi.
3.
Limbah Gas
Berupa bau belerang dan
bau busuk lain yang dihasilkan selama proses pembuatan gula.
4.1.3.2 Cara Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah di PG.Madukismo
1.
Limbah Padat
a. Pasir/ lumpur
Pasir dipisahkan dengan dorrclone, kemudian dimanfaatkan untuk urug
lahan atas permintaan mmasyarakat.
b. Abu ketel uap
Abu ditampung dengan lori jading dan dimanfaatkan juga untuk urug lahan
yang memerlukan. Sekarang digunakan juga untuk bahan baku pupuk “Mix Mardos”.
c. Debu/ langes dari ketel
uap
Debu yang keluar lewat cerobong asap , ditangkap dengan alat penangkap debu
(dust collector) dan ditampung dalam lori jading.
d. Blothong
Blothong dipisahkan dengan alat Rotary Vacum Filter. Limbah padat
Blothong yang dihasilkan oleh pabrik gula Madukismo mempunyai volume yang cukup
besar tiap harinya sekitar 100 ton/hari. Pabrik membeli seluas lahan di sekitar
pabrik untuk menempatkan limbah tersebut, karena limbah blothong biasanya
dibuang dengan cara penumpukan (open dumping). Oleh masyarakat sekitar
limbah yang dibuang terutama blotong (ampas tebu) diambil secara cuma- cuma
untuk pembuatan asbes, genteng, pupuk, kompos dan dijadikan bahan bakar
industri batu bata, karena blotong ini masih mengandung sejumlah belerang
sehingga baik untuk dijadikan sebagai bahan bakar. Pihak PG.Madukismo melakukan
mengovenan blothong pada oven dengan suhu 105º dalam kurun waktu 3 jam sebelum
membuangnya. a. Tujuan blotong di oven untuk mengurangi kadar air yang terdapat
di blotong tersebut, sehingga tidak menimbulkan bau yang sangat menyengat
ketika dibuang. Saat ini, pihak PG. Madukismo memanfaatkan blothong tersebut
sebagai bahan baku dalam pembuatan pupuk kompos.
2.
Limbah Cair
a. Bocoran Minyak Pelumas
Bocoran minyak ini
dipisahkan dari air limbah didalam bak penangkap minyak, kemudian ditampung
dalam drum – drum untuk dimanfaatkan lagi.
b. Limbah soda
Limbah yang jumlahnya
relatif sedikit ini, pengolahannya diikutkan di UPLC yang ada.
3.
Limbah Gas
Limbah yang berupa gas
ini ditanggulangi oleh alat – alat yang terkait (inhouse keeping). Untuk
mengatasi hal tersebut, pada ketel dilengkapi dengan dust collector dan cyclone
yang dapat memisahkan partikel dari gas dengan cara memasukan aliran gas
menurut gerakan rotasi dan membentuk vorteks sehingga menimbulkan gaya
sentrifugal yang akan melempar partikel secara radial ke arah dinding cerobong.
4.2 LIPI Gunungkidul
Yogyakarta
4.2.1
Struktur Organisasi LIPI Gunungkidul Yogyakarta
4.2.2
|
Gambar 1 struktur keorganisasian LIPI Gunungkidul
|
Laboratorium di UPT LIPI Gunung Kidul terdapat empat Laboratorium, yaitu:
1. Laboratorium pakan ternak
Yaitu laboratorium yang digunakan untuk meneliti segala yang berhubungan
dengan pakan ternak. Meliputi gizi, nutrisi dan sebagainya. Contoh produk yang
dihasilkan adalah Limofit
2.
Laboratorium unggas
Laboratorium ini meneliti segala hal yang berkaitan dengan masalah unggas
dan cara mengatasinya. Contoh dari produknya adalah vitamin unggas.
3. Laboratorium pangan dan ruang pengalengan
Laboratorium ini meneliti makanan yang mudah dan
praktis di bawa kema-mana tanpa mengurangi gizi didalamnya dan juga membuat
berbagai produk inovasi baru yang lebih efisien untuk dikonsumsi. Contohnya:
tepung BMC dan Gudeg kaleng.
4. Laboratorium mikrobiologi
Laboratorium ini digunakan sebagaimana fungsi dari laboratorium
mikrobiologi pada umumnya.
4.2.3
Hasil Produksi LIPI Gunungkidul Yogyakarta
Produk-produk yang dihasilkan
oleh LIPI gunung kidul melalui riset dan penelitiannya sebagai berikut:
1. Limofit
|
Gambar 2 limofit
|
2. Gudeg kaleng
|
Gambar 3 gudeg
kaleng
|
Komposisi kandungan :
GIZI % per 100 g, Lemak 5.12, Protein 5.33, Karbohidrat 12.47, kadar air 73.28
dan kadar abu 1.72 terdaftar BPOM. RI . MD. 555112001035.
3. Tepung BMC Tempe
|
Gambar 4 tepung
BMC tempe
|
4. Mangut Lele
|
Gambar 5 Mangut
Lele
|
5. Silase pakan komplit
|
Gambar 6 silase
pakan komplit
|
6.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan kunjungan yang telah dilakukan, di
dapat hasil dan disimpulkan sebagai berikut:
1. Proses pembuatan gula secara garis besar meliputi: Pemerahan Nira,
Pemurnian, Penguapan, Kristalisasi, Pemisahan Kristal, Pengeringan. Sedangkan
Proses pembuatan spiritus scara garis besar, meliputi: Masakan, peragian, dan
penyulingan
2. Proses pengolaan limbah di PS-PG Madukismo
telah disetujui departemen
perindustrian RI da digunakan kembali sebagai bahan bakar
3. Struktur organisasi LIPI Gunungkidul
Yogyakarta meliputi Kepala, wakil kepala, sesmata, Deputi IPSK, Deputi Jasil,
DeputiIPK, Deputi IPT, DeputiIPH, Puslit Kimia, UPT BPPTK
4. Laboratorium yang ada di LIPI Gunungkidul
yaitu, Laboratorium pakan ternak, laboratorium unggas, laboratorium pangan dan
ruang pengalengan, serta laboratorium mikroiologi
5. Produk yang dihasilkan LIPI Gunungkidul
yaitu, Lemofit, gudeg kaleng, mangut lele, tepung BMC, silase pakan komplit
5.2 Saran
Dalam kunjungan selanjutnya diharapkan lebih menggali informasi, untuk
PS-PG Madukismo ditingkatkan pengolahan limbahnya dan untuk LIPI Gunungkidul
lebih ditingkatkan penelitiannya dan produk-produk baru yang dihasilkan.