Makalah Sistem Kontrol Hormon GH dan Hormon Pankreastik

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Artinya: yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak mempunyai anak dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi rapinya(Qs. Al-Furqan:2)
Segala sesuatu diciptakan sesuai dengan ukuran dan kebutuhannya. Begitu juga dengan hewan dan tumbuhan yang diciptakan begitu sempurnanya. Dalam tubuh hewan terdapat mekanisme pengaturan yang dirancang sedemikian rupa, sehingga proses metabolisme dapat berjalan dengan baik. Makhluk hidup membutuhkan berbagai zat sesuai kadarnya. Untuk mengontrol konsentrasi zat-zat yang dibutuhkan tubuh, tubuh mempunyai suatu zat kimia yang disebut hormon.
Hormon pada organisme multiselular merupkan berbagai zat kimia yang disekresikan oleh dan terbentuk didalam sel sel yang spesialisasi, mengalir bersama cairan tubuh, dan bekerja pada sel target yang spesifik di bagian lain tubuh untuk mengubah fungsi sel tersebut(Campbell, 2014). Menurut definisi klasik, hormon adalah suatu zat yag dihasilkan oleh suatu kelenjar endokrin, disekresikan dalam darah, dan sampai pada jaringan sasaran dimana hormon tersebut menimbulkan efek fisiologis(Marks, 1996). Peredaran zat-zat gizi dari karbohidrat lemak, protein dalam proses metabolisme dipengaruhi oleh berbagai hormon, termasuk hormon insulin, glikagon, epinefrin, kortisol, dan hormon pertumbuhan.
Pankreas berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya sebagai organ endokrin didukung oleh pulau-pulau Langerhans (Islets of Langeerhans)yang terdiri tiga jenis sel yaitu; sel alpha (α) menghasilkan glukagon, sel beta (β) menghasilkan insulin dan merupakan jenis sel pankreas paling banyak, sel deltha (D) menghasilkan somatostatin namun fungsinya belum jelas diketahui, dan sel PP menghasilkan polipeptida pancreas.
Somatotropin adalah hormon peptida yang berasal dari protein berupa 191 rantai asam amino yang disintesis, disimpan dan dilepaskan oleh sel somatotroph didalam bagian anterior kelenjar pituitari. Somatotropin berperan dalam mengendalikan pertumbuhan tulang, otot dan organ serta mempengaruhi percepatan pertumbuhan tubuh dengan memberikan stimulasi kepada hati untuk mensekresikan hormon somatomedin, yaitu sebuah hormon perkembangan yang memberkan stimulasi lebih lanjut terhadap sel untuk berkembangbiak.
Lebih lanjut makalah ini akan membahas tetang sistem kontrol serta fungsi-fungsi hormon pangkreatik, dan hormon GH serta membahas juga tetang peran hormon GH pada penggemukan ayam pedaging.
1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah
1.      Apasaja fungsi hormon pangkreatik?
2.      Bagaimana sistem kontrol hormon pangkreatik?
3.      Apasaja fungsi hormon pertumbuhan(GH)?
4.      Bagaimana sistem kontrol hormon pertumbuhan?
5.      Bagaimana peran hormon pertumbuhan (GH) dalam proses penggemukan ayam pedaging?
1.3.Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui fungsi hormon pangkreatik.
2.      Untuk mengetahui sistem kontrol hormon pangkreatik.
3.      Untuk mengetahui fungsi hormon pertumbuhan(GH).
4.      Untuk mengetahui sistem kontrol hormon pertumbuhan(GH).
5.      Untuk mengetahui peran hormon pertumbuhan (GH) dalam proses penggemukan ayam pedaging.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1.   Hormon Pangkreatik
Pangkreas merupakan organ tubuh yang berfungsi ganda sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin. Sebagai kelenjar eksokrin pangkreas membantu  dan berperan penting dalam sistem pencernaan dengan mengsekresikan enzim-enzim pangkreas, seperti amilase, lipase dan tripsin. Kemudian sebagai kelenjar endokrin, pangkreas dikenal dengan produksi hormon-hormon yang berperan dalam metabolisme glukosa yaitu insulin dan glukagon.
Pangkreas memiliki gugusan sel-sel endokrin yang dikenal sebagai pulau-pulau langerhans(islets of laungerhans) yang tersebar di seluruh pangkreas. Masing-masing pulau memiliki sel alfa yang membuat glukagon, dan sel beta yang membuat insulin.
Insulin dan glukagon, merupakan dua hormon yang antagonis, meregulasi konsentrasi glukosa pada darah. Setiap hormon bekerja dalam jalur endokrin sederhana yang diregulasi oleh umpan balik negatif. Ketika glukosa darah naik diatas titik setelan, pelepasan insulin memicu pengambilan glukosa dalam darah, sehingga menurunkan konsentrasi glukosa dalam darah. Sebaliknya, ketika glukosa turun dari batas titik setelan, memicu pelepasan glukagon yang mendorong pelepasan glukosa ke dalam darah. Sehingga kedua hormon ini mengontrol konsentrasi gula dalam darah dengan ketat. Penjelasan lebih lanjut tentang insulin dan glucagon sebagai berikut:
a.       Insulin
Nama Insulin ini berasal dari bahasa Latin insula untuk "pulau". Insulin adalah suatu polipeptida yang mengandung dua rantai asam amino yang dihubungkan oleh jembatan sulfide. Struktur Insulin bervariasi sedikit antara spesies hewan. Terdapat perbedaan kecil dalam komposisi asam amino dari satu spesies ke spesies yang lain. Perbedaan ini biasanya tidak cukup besar untuk dapat mempengaruhi aktivitas biologi suatu insulin pada spesies heterolog tetapi cukup besar untuk menyebabkan insulin bersifat antigenik.
Insulin merupakan hormon yang dihasilkan sel beta kelenjar pangkreas. Dalam keadaan normal insulin akan disintesis dan disekresikan dalam darah sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk regulasi glukosa darah, insulin akan membawa glukosa dalam darah masuk ke sel-sel target yaitu sel lemak, otot, dan hepar untuk melakukan fungsi fisiologisnya sehingga kadarnya dalam darah tidak berlebihan. Apabila glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel target, maka akan terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah.
Aspek penting dari kerja hormon insulin pada hepar adalah insulin akan menekan peran pelepasan glukosa endogen dari hepar. Apabila kadar glukosa dalam darah meningkat maka kadar glukosa dalam darah tidk bertambah banyak. Seperti diketahui keadaan homeostasis(normal) glukosa tubuh juga turut dipertahankan oleh hepar ketika kadar glukosa dalam darah menurun dari ambang normal maka hepar akan melakukan proses glukoneogenesis dan dlikogenolisis, menghasilkan glukosa endogen yang dikeluarkan ke dalam darah untuk meningkatkan kadarnya menuju batas normal. Apabila kadar glukosa dalam darah sudah tinggi dan insulin terstimulasi untuk keluar maka kerjanya pada hepar menyebabkan hepar tidak mensekresikan glukosa endogen lagi, sehingga kadar glukosa tidak ertambah tinggi.
*      Sintesis insulin
Sintesis insulin dimulai dari bentuk preproinsulin(prekursor insulin) di retikulumendoplasma sel beta pankreas. Dengan bantuan enzim peptidase maka preproinsulin akan dipecah menjadi proinsulin yang kemudian dihimpun dalam gelembung-gelembung sekresi(secretory vesicles) dalam sel tersebut. Disini, sekalilagi dengan bantuan enzim peptidase proinsulin akan diurai menjadi insulin dan peptida-C(C-peptide) yang siap disekresi secara bersamaan melalui membran sel apabila diperlukan.
Prodiksi dan sekresi insulin oleh sel beta pankreas terutama dipengaruhi oleh kadar glukosa darah. Ketika glukosa terdapat dalam darah, untuk dapat masuk ke sel melalui membran sel, glukosa harus berikatan dengan senyawa lain sebagai kendaraan pembawanya. Senyawa ini disebut GLUT(glucose Transporter). Pada sel beta pangreas terdapat GLUT-2 yang diperlukan untuk membawa glukosa dalam darah melewati membran sel dan masuk ke dalam sel. Proses tersebut merupakan langkah yang penting karena selanjutnya glukosa yang masuk ke dalam sel beta pankreas akan mengalami glikolisis dan fosforilasi sehingga menghasilkan ATP.
ATP yang dihasilkan itu dibutuhkan untuk mengaktifasi penutupan K channel yang terdapat pada membran sel beta pankreas. Karena terjadi penutupan maka pengeluaran ion K keluar sel menjadi terhambat dan menyebabkan depolarisasi membran sel(karena perubahan muatan yang disebabkan oleh jumlah ion yang keluar masuk sel melewati membran sel) yang diikuti oleh pembuatan Ca Channel. Pembuatan Ca channel menyebabkan ion C masuk ke dalam sel dan meningkatkan kadar ion Ca dalam sel yang tinggi(dengan mekanisme yang masih belum diketahui) merupakan suasana yang diperlukan oleh sel beta pankreas untuk mengsekresikan insulin. Insulin kemudian disekresikan kedalam darah dan melakukan fungsi fisiologisnya.
Insulin disekresikan oleh sel beta pangkreas sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sekresi insulin terjadi dalam 2 fase sehingga sekresinya bersifat bifasik(memiliki dua puncak kadar tertinggi). Sekresi insulin normal yang bifasik ini akan muncul setelah adanya rangsangan, misalnya terdapat glukosa didalam darah dari penyerapan subtansi makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Sekresi insulin fase 1 bersifat meningkat cepat dan berakhir cepat pula. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi kadar glukosa darah yang biasanya meningkat tajam segera setelah makan. Kehadiran fase 1 yang cepat dan kuat diperlukan untuk mempertahankan berlangsungnya proses metabolisme glukosa secara normal.
Sekresi insulin fase 2 merupakan keadaan dimana sekresi insulin kembali meningkat secara perlahan dan bertahan dalam waktu relatif lama. Setelah berakhir fase 1 maka tugas regulasi glukosa diambil alih oleh fase 2. Banyak tidaknya insulin yang disekresikan pada fase 2 tergantung dari berapa banyak jumlah glukosa darah pada akhir fase 1. Apabila fase 1 cukup tidak kuat maka pade fase 2 akan dieksresikan lebih banyak insulin sehingga menyebabkan hiperinsulinemia(peningkatan kadar insulin dalam darah) dalam rangka mempertahankan kadar glukosa dalam darah yang normal.
b.      Glukagon
Glukagon ialah suatu peptida hormon disekresikan oleh pankreas untuk meningkatkan kadar glukosa darah. Efeknya adalah kebalikan dari insulin , yang menurunkan kadar glukosa darah. Pankreas melepaskan glukagon ketika gula darah (glukosa) tingkat jatuh terlalu rendah. Glukagon menyebabkan hati untuk mengkonversi glikogen yang disimpan menjadi glukosa , yang dilepaskan ke dalam aliran darah. Kadar glukosa darah tinggi merangsang pelepasan insulin. Insulin memungkinkan glukosa yang akan diambil dan digunakan oleh insulin-dependent jaringan. Dengan demikian, glukagon dan insulin adalah bagian dari sistem umpan balik yang membuat kadar glukosa darah pada tingkat yang stabil.
Hormon ini disintesis dan disekresikan dari sel alfa (α-sel) dari pulau Langerhans , yang terletak di bagian endokrin pankreas. Pada tikus, sel-sel alfa yang terletak di tepi luar dari pulau tersebut. Struktur pulau manusia jauh lebih sedikit terpisah, dan sel alfa yang didistribusikan di seluruh pulau tersebut.
Sekresi glukagon dirangsang oleh:
a)      Hipoglikemia
b)      Epinefrin (via β2,, α2 [2] dan α1 reseptor adrenergik)
c)      Arginine
d)     Alanin (sering dari otot yang diturunkan transaminasi piruvat / glutamat (lihat transaminase alanin reaksi).
e)      Asetilkolin
f)       Cholecystokinin
Sekresi glukagon dihambat oleh:
a)      Somatostatin
b)      Insulin (via GABA )
c)      Peningkatan bebas asam lemak dan asam keto ke dalam darah
d)     Peningkatan urea produksi
Glukagon umumnya mengangkat jumlah glukosa dalam darah dengan mempromosikan glukoneogenesis dan glikogenolisis . Glukosa disimpan dalam hati dalam bentuk glikogen, yang merupakan pati seperti rantai polimer terdiri dari molekul glukosa. Sel hati ( hepatosit ) memiliki reseptor glukagon . Ketika glukagon mengikat ke reseptor glukagon, sel-sel hati mengubah glikogen menjadi polimer molekul glukosa individu, dan melepaskan mereka ke dalam aliran darah, dalam proses yang dikenal sebagai glikogenolisis . Saat habis, glukagon kemudian mendorong hati dan ginjal untuk mensintesis glukosa tambahan oleh glukoneogenesis . Glukagon mematikan glikolisis di hati, menyebabkan intermediet glikolitik akan shuttled untuk glukoneogenesis.
Glukagon juga mengatur tingkat produksi glukosa melalui lipolisis . Glukagon memiliki efek minimal terhadap lipolisis pada manusia. Produksi glukagon tampaknya tergantung pada sistem saraf pusat melalui jalur belum didefinisikan. Pada hewan invertebrata, eyestalk penghapusan telah dilaporkan mempengaruhi produksi glukagon. Excising eyestalk di lobster muda menghasilkan glukagon-diinduksi hiperglikemia.
Glukagon mengikat ke reseptor glukagon , suatu protein G-coupled reseptor , yang terletak di membran plasma . Perubahan konformasi di reseptor akan mengaktifkan protein G , protein heterotrimeric dengan α, β, γ dan subunit. Ketika protein G berinteraksi dengan reseptor, itu mengalami perubahan konformasi yang mengakibatkan penggantian PDB molekul yang terikat pada subunit α dengan GTP molekul. Substitusi ini hasil dalam pelepas dari subunit α dari β dan γ subunit. Subunit alpha khusus mengaktifkan enzim berikutnya dalam kaskade, siklase adenilat.
Siklase adenilat memproduksi adenosin monofosfat siklik (AMP siklik atau cAMP), yang mengaktifkan protein kinase A (cAMP-dependent protein kinase). Enzim ini, pada gilirannya, mengaktifkan kinase fosforilasa , yang, pada gilirannya, phosphorylates fosforilasa glikogen , mengkonversi ke bentuk aktif yang disebut fosforilasa A. fosforilasa A adalah enzim yang bertanggung jawab untuk membebaskan glukosa-fosfat 1- dari polimer glikogen.



2.2.   Hormon Pertumbuhan(Growth Hormone/ GH)
Hormon pertumbuhan atau disebut juga growth hormon(GH) adalah protein yang bekerja pada keseluruhan tubuh untuk menstimulasi pertumbuhan. Hormon ini menjamin frekuensi yang tepat untuk pembentukan protein. Hormon ini dihasilkan oleh hipofisis bagian depan, hormon ini juga disebut sebagai hormon somatotropin(STH) yang berperan untuk mempengaruhi kecepatan pertumbuhan seseorang. Seorang anak tidak akan tumbuh dengan normal apabila kekurangan hormon pertumbuhan. Pada masa pertumbuhan kelebihan hormon ini akan menimbulkan pertumbuhan raksasa(gigantisme), sebaliknya jika kekurangan akan menimbulkan kekerdilan(kretinisme). Jika kelebihan hormon ini pada saat dewasa dapat menyebabkan pembesaran pada bagian tertentu, seperti pada hidung atau telinga, kelainan ini disebut akromegali.
Hormon pertumbuhan(Growth Hormon, GH) merupakan sejenis protein yang terdiri dari hampir 200 asam amino mempengaruhi berbagai ragam jaringan target dan mempunyai pengaruh langsung maupun pengaruh tropik. GH mendorong pertumbuhan secara langung dan merangsang produksi faktor pertumuhan. Sebagai contoh, kemampuan GH untuk merangsang pertumbuhan tulang sejati dan tulang rawan sebagian disesabkan oleh pemberian sinyal dari hormon itu ke hati untuk menghasilkan faktor pertumbuhan yang mirip insulin(Insulin growth Faktor, IGF), yang beredar dalam plasma darah dan secara langsung merangsang pertumbuhan tulang sejati dan tulang rawan. Dalam keadaan tidak ada GH, pertumbuhan rangka hewan yang belum dewasa akan terhenti. Jika GH disuntikkan kedalam seekor hewan yang telah kehabisan GH-nya sendiri, sebagian pertumbuhan akan bisa dipulihkan.
Growth hormone adalah salah satu hormon yang mengalami penurunan ketika terjadi penuaan. Growth Hormone adalah hormon polipeptida, terdiri dari 191 asam amino yang disintesis oleh sel somatotropik di kelenjar pituitari anterior. Sekresi GH diatur secara sentral oleh hormon hipotalamus, yaitu growth hormone releasing hormone (GHRH) dan somatostatin. GHRH berfungsi untuk merangsang produksi GH sedangkan somatostatin menghambat sekresi GH. Pelepasan GH juga diregulasi oleh respon neurohormonal. Rangsangan kolinergik meningkatkan sekresi GH dengan menghambat pelepasan somatostatin, sedangkan rangsang β-adrenergik memiliki efek yang berlawanan. Respon perifer juga mempengaruhi sekresi GH. Ini dapat terjadi melalui somatostatin yang juga diproduksi pada jaringan lain atau hormon ghrelin yang diproduksi di lambung. Ghrelin dapat memicu sel somatotrof untuk memproduksi GH. Hormon-hormon lain yang dapat mempengaruhi GH adalah kortisol, thyroid releasing hormone (TRH), leptin, seks steroid, dan hormon tiroid. Kortisol dan TRH dapat menghambat sekresi GH sedangkan hormon tiroid dan seks steroid memicu pelepasan GH. Keadaan-keadaan seperti aktivitas fisik, starvasi, anoreksia, stres dan jumlah jam tidur dapat menstimulasi sekresi GH. Sedangkan depresi, hiperglikemia, dan obesitas menurunkan GH basal, tetapi menstimulasi sekresi GH ( Tien et al, 2000).
*      Fungsi Hormon GH
Pengaruh hormon pertumbuhan pada jaringan tubuh secara umum dapat digambarkan sebagai anabolik(membangun). Seperti kebanyakan hormon protein lainnya. GH bertindak dengan berinteraksi dengan reseptor spesifik pada permukaan sel. Tinggi badan anak dirangsang oleh dua mekanisme:
1.      Polipeptida hormon tidak larut lemak, oleh karenanya hormon tidak dapat menembus membran sel. Dengan demikian GH diberikan beberapa efek dengan mengikat reseptor pada sel target, dimana ia mengaktifkan jalur MAPK/ERK. Melalui GH mekanisme ini langsung merangsang pembelahan dan perbanyakan kondrosit tulang rawan.
2.      GH juga menstimulasi melalui jalur JAK-STAT signaling, produksi IGF sebuah homolog hormon untuk proinsulin. Hati merupakan orhan target utama dari GH dalam proses ini, juga menjadi tempat utama dalam produksi IGF. IGF merangsang berbagai pertumbuhan jaringan. Tambahan IGF menyebabkan jaringan target, sehingga memunculkan endokrin dan autokrin/parakrin hormon. IGF juga mempunyai efek stimulasi pada osteoblas dan kondrosit untuk merangsang pembentukan tulang.
Selain itu hormon pertumbuhan juga mempunyai efek hormon pertumbuhan pada tulang, sebagai berikut:
1.      Peningkatan pertumbuhan protein oleh sel kondrositik dan sel osteogenik serta meningkatkan percepatan produksi dari sel-sel tersebut.
2.      Efek kusus dalam mengubah kondrosit menjadi sel osteogenik sehingga menyebabkan timbunan khusus tulang baru.
3.      Efek mendorong pertumbuhan jaringan lunak melalui peningkatan jumlah sel(hiperplasial) dengan merangsang pembelahan sel dan peningkatan ukuran sel(hipertrofi) dengan mendorong sintesis protein, yang merupakan komponen strukural utama protein.
4.      Meningkatkan pertumbuhan tulang sehingga menyebabkan tulang panjang dan tebal.
5.      Merangsang poliferasi tulang rawan epifisis, sehingga menyediakan lebih banyak ruang untuk membentuk tulang dan juga merangsang osteoblast.
6.      Meningkatkan pemanjangan tulang panjang selama lempeng epfisis tetap berupa tulang rawan, namun jika setelah masa pertumbuhan, maka efek pertumbuhan tulang akibat GH akan berhenti.
Efek hormon pada metabolisme karbohidrat:
1.      Mengurangi pemakaian glukosa untuk mendapatkan energi.
2.      Meningkatkan pengendapan glikogen dalam sel.
3.      Mengurangi pengambilan glukosa oleh sel.
4.      Meningkatkan sekresi insulin dan penurunan sensitifitas terhadap insulin.
Efek hormon terhadap metabolisme protein:
1.      Meningkatkan hampis semua pengambilan asam amino dan sintesis protein sel, pada saat yang sama GH mengurangi pemecahan protein
Efek hormon terhadap metabolisme lemak:
1.      Menyebabkan pelepasan asam lemak dari jaringan adiposa, sehingga konsentrasi asam lemak dalam tubuh meningkat.
2.      Didalam jaringan seluruh tuguh, GH meningkatkan perubahan asam lemak menjadi asetil CoA yang akan digunakan sebagai sumber energi.
3.      Efek ketogenik dari GH akan menyebabkan perlemakan hati.
Fungsi GH lainnya adalah mengontrol tegangan emosional dan mental, meningkatkan tidur, meningkatkan memori, meningkatkan nafsu makan, meningkatkan kemampuan atlit untuk tampil di intensitas tinggi selama jangka waktu lebih lama.
*      Sistem Kontrol Hormon GH
GH disekresikan secara teratur seperti detak jantung dari kelenjar pituitari anteriur. Dalam kondisi sadar dan normal, tingkat GH biasanya rendah dan tidak dapat dideteksi namun pada beberapa waktu tertentu dan waktu malam selama tidur, terjadi keaikan GH . pola sekresi GH yang seperti debar yang teratur menunjukkan interaksi dari beberapa regulator, yang didalamnya termasuk dua peptida regulator hipotalamik, GH-releasing Hormone(GHRH), yang menstimulassi sekresi GH, dan somatostatin(somatotropin releassing-inhibiting faktor[SRIF]), yang menginhibisi sekresi GH. Berbagai neurotransmiter dan neuropeptida terlibat dalam regulasi dari faktor hipotalamik sebagai berikut, serotonin, histamin, norepinefrinm dopamin, aseltikolin, gamma-aminobutyric acid(GABA), thyroid releasing hormone, vassoaktive intestinal peptidem gastrin, neurotensin, subtance P, kalsitonin, neuropeptide Y, vasopresin, kortikotropin releasing hormone dan galanin.
Banyak faktor yang mempengaruhi sekresi GH, terutama glukosa yang menginhibisi dan asam amino tertentu dan ghrelin yang menstimulassi sekresi GH. Sekresi GH juga dipengaruhi hormon nonpeptida, termasuk androgen, ekstrogen, thyroxine dan glukokortikoid. Mekanisme hormon ini meregulasi sekresi GH sangat kompleks, dapat melibatkan aksi dalam level hipotalamus dan pituiter. Faktor fisiologis dan frakmakologis eksogen telah diketahui untuk menstimulasi sekresi GH. Beberapa agen ini termasuk klonidin, L-dopa dan olah raga, yang digunakan dalam tes stimulasi GH. Dalam plasma, sebagian besar GH terikat dengan afinitas dan spesifikassi yang tinggi namun dengan kapasitas yang rendah terhadap protein pembawa yang disebut GH bingding protein(GHBH).
Sekresi GH berawal dari adanya suatu rangsangan yang dapat berupa stres atau kadar glukosa darah yang menurun. Akan merangsang hipotalamus untuk menghasilkan GHRH yang nantinya akan merangsang hipofisis anterior untuk menyekresikan GH. Seperti yang kita ketahui ada kecenderungan hormon akan dieksresikan banyak maka selain dapat mempengaruhi dari sel target hormon juga bisa menghambat dari hipotalamus itu sendiri, sehingga hipotalamus itu sendiri mengakibatkan penurunan dari hormon yang merangsang pelepasan dan meningkatkan pengeluaran hormon penghambat atau GH-RIH(Growth Hormone Releasing Inhibitory hormone).
regulasi hormon pertumbuhan
Ada dua mekanisme GH dalam bekerja, yaitu: secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung GH menyebabkan lipolisis, meningkatkan transportasi asam amino ke jaringan, sintesis protein dan glukosa di hati serta beberapa efek Iangsung pada pertumbuhan tulang rawan (Gardner dan Shoback, 2007). Secara tidak langsung GH bekerja melalui IGF-1 yang dihasilkan oleh berbagai jaringan sebagai respon terhadap GH. IGF-1 dalam sirkulasi terikat pada 6 spesific binding potein dalam beberapa kombinasi. IGF-binding protein (IGFBP) yang utama adalah IGFBP-3 yang merupakan 95 % dari semua binding protein. Jaringan yang memproduksi IGF-1 antara lain hati, otot, tulang, tulang rawan, ginjal dan kulit. Sebagian besar IGF-1 yang dilepas disirkulasi berasal dari hati ( Pangkahila, 2007).
Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan GH  pada penuaan, yang tidak termasuk salah satu kelainan di atas belum jelas diketahui. Faktor- faktor yang berperan dalam patofisiologi defisiensi GH, antara lain (Pangkahila, 2007):
1. Adiposity, yaitu keadaan obesitas dapat menyebabkan penurunan sekresi GH, tidak hanya pada usia tua namun juga pada usia muda, terutama pada obesitas sedang dan berat.
2. Berkurangnya produksi hormon seks steroid. Penurunan kadar estrogen pada betina dan testosteron pada jantan dapat mempengaruhi sekresi GH.
3. Kebugaran fisik yang menurun, kapasitas aerobik mempunyai hubungan dengan konsentrasi serum GH 24 jam.
4. Tidur terganggu, sekresi GH dapat dipengaruhi pola tidur yang berubah karena terjadinya terutama selama tidur dalam gelombang lambat (slow-wave sleep).
5. Malnutrisi, status nutrisi yang rendah berpengaruh negatif terhadap sintesis dan daya kerja IGF-1.
Defisiensi GH menunjukkan gejala yang menyerupai gejala yang identik dengan keluhan-keluhan umum yang dialami pada penuaan. Pada laki-laki, penuaan dan defisiensi growth hormone sama-sama berhubungan dengan penurunan protein sintesis, massa bebas lemak, dan mineral tulang serta peningkatan lemak tubuh. Gejala dan tanda adanya penurunan GH antara lain       ( Pangkahila, 2007):
1. Status kesehatan secara umum dirasakan menurun
2. Gangguan kenyamanan secara psikologis, perasaan tertekan, kecemasan, emosi tidak stabil
3. Kelelahan
4. Berkurangnya energi dan vitalitas
5. Kulit tipis dan kering dengan ekstremitas terasa dingin
6. Berkurangnya massa bebas lemak.
7. Volume cairan ekstraseluler berkurang
8. Bertambahnya lemak total dan di daerah perut
9. Berkurangnya kekuatan otot dan kapasitas gerak
10. Berkurangnya densitas mineral tulang
11. Penurunan kolesterol high density lipoprotein (HDL)
12. Peningkatan kolesterol low density lipoprotein (LDL)
13. Penurunan aliran darah ginjal
14. Penurunan basal metabolic rate
15. Penurunan ambang anaerohik
Pada penderita dengan defisiensi GH ditemukan peningkatan risiko mortalitas akibat penyakit kardiovaskular.
Diagnosis defisiensi GH dapat ditetapkan apabila terdapat gejala dan tanda di atas dengan didukung oleh pemeriksaan kadar GH setelah stimulus ( Pangkahila, 2007).
Pengukuran IGF-1 dan 1GFBP-3 untuk menentukan adanya defisiensi GH pada orang dewasa tidak reliabel. Serum IGF-1 yang berada di bawah kisaran normal menunjukkan adanya defisiensi GH bila tidak ada penyebab lain yang menyebabkan IGF-1 rendah, seperti, malnutrisi, penyakit hepar, diabetes mellitus tak terkontrol, dan hipotiroid. Begitu pula dengan kadar IGFBP-3, kadar yang rendah menunjukkan adanya defisiensi GH ( Pangkahila,2007).
2.3. Peran Hormon GH dalam Penggemukan Ayam Pedaging
Pusat rangsangan syaraf yang mempengaruhi kerja hormon pada unggas terdapat pada hipothalamus. Rangsangan syaraf dari luar akan ditransformasikan menuju hipothalamus sehingga hipothalamus akan mensekresikan hormon- releasing factor (HRS). HRS yang dihasilkan hipothalamus akan mengatur regulasi hormon yang dihasilkan oleh pituitari pars anterior/PPA (anterior pars pituitary). PPA memproduksi hormon yang sifatnya dapat mengatur kerja dari beberapa kelenjar endokrin. Beberapa hormon yang disekresikan PPA antara lain Thyroid-stimulating hormone (TSH), Adrenocorticotrophic hormone (ACTH), dan dua dua jenis Gonadotrophic hormone (GTH) yang masing-masing berefek pada aktivitas kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan kelenjar kelamin dan juga menghasilkan Growth hormone (GH) yang mengatur pertumbuhan tubuh unggas. Beberapa kelenjar tersebut akan terangsang untuk menghasilkan hormon tertentu yang mempunyai fungsi tertentu (Nesheim et al., 1979).
Mekanisme proses fisiologis rangsangan cahaya diawali dengan rangsangan mekanis pada syaraf penglihatan dan selanjutnya secara kimiawi melalui rangsangan hormonal dan mempengaruhi organ-organ tubuh. Cahaya yang mengenai mata ayam akan diterima oleh reseptor pada mata ayam, merangsang syaraf mata dan kemudian rangsangan ini diteruskan ke hiphofisa. Hasil kerja selanjutnya menyebabkan  pengeluaran hormon pengendali dari hiphofisa anterior yang berfungsi mengatur pengeluaran kelenjar endokrin. Hormon pengendali tersebut terdiri atas hormon stimulasi tiroid yang meningkatkan stimulasi tiroid dan hormon somatotropik yang  berfungsi mengatur pertumbuhan dengan mengendalikan metabolisme asam amino dalam pembentukan protein. Hormon pertumbuhan penting dalam pengendalian pertumbuhan dan aspek lainnya dari metabolisme lemak, karbohidrat dan protein dalam tubuh unggas (Olanrewaju, 2006).
Peningkatan sekresi GH secara fisiologis dan dikuti dengan efek metabolik berupa penurunan jaringan adiposa dan meningkatnya sintesis protein dan meningkatkannya sintesis protein. Frohman (1995) menyatakan bahwa GH dapat meningkatkan mobilitas asam lemak dari jaringan adiposa akibat meningkatnya lipolisis trigliserida dan meningkatnya sensitifitas efek lipolisis dari katekholamin. Di dalam jaringan GH meningkatkan perubahan asam lemak menjadi asetil koA dan kemudian digunakan untuk menghasilkan energi. Akibatnya sumber energi banyak diperoleh dari lemak dibanding dari karbohidrat dan protein (Guyton,2002).
Bila dilihat dari hubungan antara sekresi GH dan pembatasan pakan dengan efek metabolik GH maka ada kemungkinan untuk meningkatkan kualitas daging dengan cara pembatasan jumlah dan waktu pemberian pakan. Dengan pembatasan pakan diharapkan terjadi kelaparan yang optimal sehingga GH meningkat dengan akibat daging berkadar lemak rendah dan protein tinggi.
Pemberian cahaya pada ayam broiler yang umum dilakukan peternak adalah secara terus-menerus (continous lighting) selama 24 jam dengan intensitas yang semakin menurun pada fase akhir. Pencahayaan terus-menerus akan meningkatkan waktu untuk makan, meningkatkan pertambahan bobot badan, dan meningkatkan pembentukan bulu tetapi menyebabkan terjadinya gangguan ritme harian (diurnal), kelainan kaki dan tulang yang mengakibatkan kesulitan pergerakan ayam broiler untuk mendapatkan pakan dan air minum. Ayam broiler yang tetap berada pada posisi ritme harian, mampu mengatur pola tingkah laku seperti makan, tidur, bergerak dan istirahat secara normal.
Efek metabolik yang terpenting dari GH adalah stimulasi pertumbuhan linier pada anakan sebelum penutupan epifisis. Pertumbuhan tulang panjang terjadi pada lempeng pertumbuhan di epifisis, dimana prekondrosit  sebagai sel prekursor kartilago, berdiferensiasi ke kondrosit dalam pengaruh GH yang distimulasi IGF-1. Sumsum tulang mengandung banyak GHR, GH mengambil osteoklas dari monosit sumsum tulang dan menstimulasi produksi IGF-1 sehingga terjadi proliferasi sel darah putih. Dengan adanya sekresi GH, hormon tiroid diikutsertakan pada lempeng pertumbuhan untuk membentuk osteogenesis.
Hormon ini disekresikan secara pulsatil dengan rata-rata frekuensi 13 kali per hari. Puncaknya terjadi pada malam hari ketika pelepasan somatostatin berkurang. Sekresi yang kurang menonjol juga terjadi beberapa jam setelah makan Growth hormone menghambat pelepasan melalui mekanisme umpan balik. Hal ini terjadi melalui beberapa jalur yang diperankan oleh GH maupun IGF-1. Sel somatotrof dapat dihambat secara langsung melalui rangsangan produksi IGF-1 lokal maupun melalui hambatan pada GHRH dan stimulasi somatostatin oleh GH. Mekanisme lainnya adalah melalui IGF-1 yang sebagian besar diproduksi di hati akibat rangsangan GH. IGF-1 tersebut dapat menghambat sintesis GHRH dan merangsang sintesis somatostatin (Tien et al., 2000; Gardner dan Shoback, 2007).
Pengaruh GH terhadap proses fisiologi tubuh sangat kompleks. Growth hormone adalah komponen pokok yang mengontrol sebagian dari proses fisiologis kompleks yaitu pertumbuhan dan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak     (Goldman dan Klatz, 2003).


BAB III
PENUTUP
3.1.  Kesimpulan
Bedasarkan makalah yang diatas dapat disimpulkan bahwa:
1.      fungsi dari hormone pangkreatik sebagai pengontrol glukosa dalam darah
2.      system control dari hormone pangkreatik yaitu ketika glukosa dalam darah naik maka pancreas akan meproduksi insulin semakin banyak, sedangkan ketika kadar glukosa dalam darah sedikit pancreas akan menghasilkan glucagon yang merubah glikogen menjadi glukosa sehingga kadar glukosa menjadi seimbang kembali
3.      hormon pertumbuhan(GH) adalah hormone  yang bekerja pada keseluruhan tubuh untuk menstimulasi pertumbuhan
4.      system control hormone semakin hormone pertumbuhan (GH) tinggi maka proses pertumbuhan semakin cepat dan sebaliknya.
5.       pemberian hormone pertumbuhan pada proses penggemukan ayam mengakibatkan proses pertumbuhan tulang, otot dan organ lain dari ayam tumbuh dengan lebih cepat.
3.2.  Saran
Untuk menghasilkan sebuah makalah yang menarik dan informasi yang lengkap diperlukaanya literature yang banyak dan gambar-gambar yang mendukung.




Daftar Pustaka

Campbell, Neil A. 2014. Biologi Jilid 3 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Gardner, D.G. dan Shoback, D. 2007. Greenspan's Basic and Clinical Endocrinology. 8th ed. San Fransisco: The Mc Graw-Hill Company.
Goldmann R. dan Klatz R. 2003. Anti Aging Revolution. 3rd ed. California: Basic Health Publisher Inc.
Guyton, AC, Hall JE. 2002. Textbook of medical physiology, 10th ed. WB Sounder Company.
Olenrewaju, H. A. J. P. Thaxton. W. A. Dozier. J Purswell, W. B. Roush, & S. L. Branton. 2006. A Review of Lighting Program for Broiler Production.
Pangkahila, W. 2007. Anti Aging Medicine: Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup. Jakarta: Kompas
Sherwood L., Fisiolofi Manusia: dari Sel ke Sistem, Alih Bahasa: dr. Brahm U.P. SP.KK. edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tien, M.H.N., Kenney, J.K., dan Munger, M.A. 2000. Growth Hormone: A Promising Treatment for the Failing Heart? Pharmacotherapy Publications, [cited: 2010 April 13].



Popular posts from this blog

Makalah Kelas Osteichthyes

Makalah Anatomi Bunga

Makalah Etnobotani Pemanfaatan Tanaman sebagai Sandang